Jakarta, CNN Indonesia -- Tim ilmuwan belakangan merilis penelitian soal ancaman komet jenis Centaur yang berpotensi menabrak Bumi. Meski dipastikan tidak terjadi dalam waktu dekat, kira-kira bagaimana proses komet berdiameter 100 kilometer ini bisa mendekati Bumi?
Sejatinya, komet Centaur mengorbit jauh dari Bumi. Diyakini memiliki komposisi es dan debu, orbit Centaur terletak jauh setelah Neptunus, berbentuk bulat memanjang dan tidak stabil.
Nah, orbit Centaur ini melintasi Jupiter, Saturnus, Uranus, serta Neptunus yang bidang gaya gravitasinya sewaktu-waktu memang bisa memutar arah sebuah komet menuju Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situlah tim ilmuwan yang terdiri dari Davi Asher dan Mark Bailey dari Armagh Observatory serta Duncan Steel bersama Bill Napier dari University of Buckingham, memprediksi peluang komet Centaur mendekati Bumi setiap 40 ribu sampai 100 ribu tahun sekali.
Seiring komet Centaur mendekati Bumi, ia akan perlahan hancur karena terkena panas yang terpancar dari Matahari. Tim ilmuwan pun memperingatkan potensi mengerikan dari sebuah pecahan komet Centaur yang mampu membombardir Bumi dan segala isinya, sebab ukurannya bisa mencapai puluhan kilometer.
Penelitian yang dirilis di dalam jurnal Royal Astronomical Society (RAS) ini juga menyatakan, apabila komet raksasa tersebut tidak memusnahkan kehidupan di Bumi, maka setidaknya Centaur timbulkan bencana dari kumpulan debu yang melapisi atmosfer Bumi.
Yang jelas, tim ilmuwan menekankan, bentang ukuran bodi komet jenis Centaur memang sangat mengesankan -- 50 sampai 100 kilometer -- terlebih ia dianggap lebih mematikan ketimbang asteroid lain yang selama ini dideteksi mendekati Bumi.
Dari informasi yang dirangkum Wikipedia, sejauh ini belum ada foto komet jenis Centaur dari dekat. Centaur pertama yang ditemukan oleh tim NASA adalah 944 Hidalgo pada tahun 1920.
Tercatat sejauh ini Centaur paling besar ditemukan pada tahun 1997 dan diberi nama 10199 Chariklo dengan diameter mencapai 260 kilometer.
(eno)