Telkom Ungkap Alasan Terapkan FUP di IndiHome

Aqmal Maulana | CNN Indonesia
Selasa, 09 Feb 2016 17:12 WIB
Salah satu alasan sistem FUP diberlakukan karena ada sejumlah pelanggan yang memakai bandwidth secara berlebihan.
(Dok. Telkom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Telkom memberlakukan Fair Usage Policy (FUP) pada 1 Februari 2016 membuat pelanggan layanan IndiHome "berteriak" dan membuat petisi di media sosial Change.org. BUMN telekomunikasi itu akhirnya angkat bicara menjelaskan keputusannya.

Sistem FUP ini sebenarnya telah diuj coba oleh Telkom pada akhir tahun 2015 lalu mulai dijalankan pada awal bulan ini. VP Marketing Telkom, Jemy V Confindo menjelaskan, FUP ini berlaku untuk pelanggan layanan Internet dengan kecepatan 10 Mbps dan di atasnya, serta tidak dikenakan untuk layanan UseeTV.

Menurutnya, hal ini dilakukan karena adanya pelanggan yang menggunakan bandwidth secara berlebihan. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Telkom, mereka mencatat ada pelanggan yang menghabiskan bandwidth hingga 10.000 GB per bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk pelanggan 10 Mbps ada yang menggunakan sampai 10.000 GB sebulan. Tentu ini akan memberatkan pelanggan lain," katanya.

Normalnya, kata Jemy, pelanggan yang berlangganan paket 10 Mbps tidak sampai menghabiskan bandwidth 500 GB per bulan. Ia menilai pelanggan layanan 10 Mbps idealnya mengonsumsi rata-rata 300 GB per bulan.

Sejumlah pelanggan Telkom yang mengritik keputusan Telkom memberlakukan FUP menilai perusahaan itu melakukan komunikasi yang kurang baik, karena sebelumnya Telkom menawarkan layanan tanpa batas atau unlimited lalu beralih menawarkan sistem kuota.

Seorang pelanggan IndiHome bernama Yogi Christianto membuat petisi bertajuk "Kembalikan IndiHome Seperti Semula" yang telah ditandatangani oleh 10 ribu orang. Dalam petisinya, Yogi berpendapat layanan berbasis kuota tersebut "tidak ada bedanya dengan layanan mobile broadband."

"Telkom harus sadar, bahwa penyedia layanan ISP di Indonesia tidak hanya Telkom saja. Konsmen bisa saja berhenti berlangganan jika PT. Telkom Indonesia terus-menerus menekan pelanggan," tulisnya.

Selain petisi dari Yogi, ada juga sejumlah petisi lain kritik FUP Telkom ini di Change.org dengan tajuk "Buruknya Pelayanan Telkom untuk IndiHome" hingga "Mengecam Tindakan Telkom dalam Menerapkan FUP & Menaikkan Harga Tidak Transparan."

Dari pihak Telkom sendiri mengklaim pelanggan tetap menikmati kecepatan yang wajar kendati ada sistem kuota. "Contoh utk pelanggan 10 Mbps setelah mencapai FUP 1 di 300 GB turun hanya 25% jadi 7.5 Mbps dan setelah FUP 2 di 400 GB akan jadi 3 Mbps seterusnya," lanjutnya.

Jemy juga menegaskan bahwa selama ini mereka menargetkan layanan IndiHome untuk pengguna rumahan. Bila ada pelanggan non rumahan yang tetap ingin menggunakan IndiHome makan tetap diperbolehkan sepanjang pemakaiannya wajar.

Menurut data yang dimiliki Telkom sendiri, 99 persen pelanggan paket IndiHome 10 Mbps adalah pengguna rumah tangga. (adt/adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER