Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan penyedia platform perdagangan online (e-commerce) MatahariMall bakal lebih agresif beriklan secara online di tahun 2016 untuk mengejar “penjualan yang hilang” karena mereka mencatat setidaknya 98 persen pengunjung MatahariMall tidak melakukan pembelian.
Dari total anggaran belanja iklan perusahaan, MatahariMall mengalokasikan 60 persen dananya untuk beriklan secara online, dan sisanya untuk beriklan offline di media cetak, radio, dan papan iklan luar ruangan.
CEO MatahariMall Hadi Wenas berkata, iklan online yang mereka lakukan difokuskan agar pengguna kembali ke MatahariMall dan melakukan atau menyelesaikan transaksi. Langkah nyata yang mereka lakukan adalah membuat iklan online yang ditargetkan ulang kepada konsumen (retargeting).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara iklan secara offline lebih diarahkan untuk meningkatkan kesadaran atas merek MatahariMall.
Sejak MatahariMall diluncurkan pada September 2015, anak usaha Grup Lippo itu telah bekerjasama dengan Criteo asal Perancis yang menyediakan teknologi iklan retargeting online.
Hadi berkata, penjualan produk di MatahariMall tumbuh 160 persen dari bulan ke bulan dengan rasio laba atas biaya iklan (return of investment) sebesar 900 persen, yang secara signifikan didorong oleh iklan retargeting.
MatahariMall mencatat, iklan retargeting online menghasilkan lebih 30 persen dari volume penjualan.
Teknologi yang disediakan Criteo pada situs MatahariMall bakal memelajari perilaku pengunjung yang datang dari situs web, maupun aplikasi mobile, lalu menganalisis produk apa saja yang sedang dicari. Setelah mengumpulkan data itu, Critero akan menampilkan iklan berisi rekomendasi produk yang sedang dicari. Iklan ini bisa ditampilkan di aplikasi mobile maupun situs web yang sedang dibuka pengguna.
Saat ini, jumlah pengunjung yang melakukan pembelian di MatahariMall (conversion rate) adalah 2 persen. Perusahaan berharap jumlah tersebut bisa tumbuh tahun ini seiring dengan agresivitas iklan online yang akan dilakukan.
“Conversion rate menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan keberhasilan kami, yang berarti harus semakin banyak orang belanja di kami,” ujar Hadi dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (25/2).
Dalam membangun MatahariMall, Grup Lippo menggelontorkan investasi sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7 triliun. Mereka menerapkan konsep business-to-consumer (B2C).
Saat ini, MatahariMall menjual sejumlah produk yang dijual oleh toko serba ada Matahari, pasar modern Hypermart, dan sejumlah unit bisnis Grup Lippo. Mereka juga menjual sejumlah produk yang dijual oleh para merchant yang telah bekerjasama.
Hadi berkata, saat ini ada sekitar 2.000 merchant yang telah bekerjasama dengan jumlah barang yang didaftarkan sebanyak 500.000. Perusahaan juga menyediakan metode pemesanan secara online lalu melakukan pembayaran dan pembelian secara offline (online-to-offline/O2O) di unit bisnis Matahari atau Hypermart.
(adt/eno)