Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengirimkan surat rekomendasi agar Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir aplikasi Uber dan GrabCar. Pengguna menolak.
Pagi ini, Senin (14/3) sekitar dua ribu sopir angkutan umum di Jakarta melakukan unjuk rasa di Balai Kota. Mereka menuntut agar operasional Uber dan GrabCar dihentikan.
Para sopir itu menganggap kedua aplikasi tersebut telah mencuri pendapatan mereka secara tidak adil. Namun para pengguna Uber dan GrabCar melihat dengan cara bereda, kedua aplikasi itu justru dianggap menguntungkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Farah misalnya. Karyawati swasta 23 tahun itu adalah salah satu pengguna transportasi umum yang diuntungkan dengan adanya Uber atau GrabCar.
"Tidak setuju, karena kalo taksi konvensional terkadang ada, kadang tidak ada ketika butuh. Jadi tidak buang waktu untuk nunggu taksi di jalan," katanya, menolak anjuran Uber dan GrabCar untuk ditutup.
Hal serupa juga dilontarkan oleh blogger yang tinggal di kota Hujan, Aditya. Di Bogor taksi tidak sebanyak di Jakarta. Keberadaan kendaraan yang difasilitasi Uber dan GrabCar dianggap sangat membantu keperluannya.
"Tidak setuju, karena di Bogor jarang taksi," kata Aditya.
Ya, berbeda dengan layanan taksi konvensional, dengan berbasis aplikasi, pengguna bisa memesan sarana transportasi hanya dengan melalui smartphone atau tablet. Kemudahan inilah yang membuat mereka berpaling dari jenis taksi sebeumnya.
Tak hanya sebatas mudah dalam hal mengakses, tarif yang lebih murah juga menjadi daya tarik mengapa mereka lebih memilih Uber atau GrabCar ketimbang taksi.
Menurut pengalaman Ridwan, salah seorang Entrepeneur yang tinggal di daerah Kebayoran Baru, GrabCar dan Uber mampu menghemat biaya perjalan hingga setengahnya.
"Contoh dari rumah ke bandara, tarifnya cuma Rp 80-90 ribu. Kalau naik taksi biasa, bisa Rp 150-170 ribu", katanya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ika, karyawati yang tinggal di daerah Tangerang.
"Misalkan, dari Kalideres ke Sunter, naik GrabCar cuma Rp77 ribu, sedangkan taksi biasa bisa mendekati Rp100 ribu," kata wanita 33 tahun ini.
(eno)