Jakarta, CNN Indonesia -- Para petinggi Sharp akhirnya menyetujui pengambilalihan perusahaan kepada Hon Hai Precision Industry atau dikenal Foxconn, dengan nilai US$3,5 miliar atau setara Rp46 triliun yang membuatnya menguasai 66 persen saham Sharp. Teknologi layar adalah salah satu alasan Foxconn gencar mengincar Sharp.
Foxconn pertama kali menawarkan diri untuk berinvestasi di Sharp yang sedang bermasalah pada tahun 2012, namun pembicaraan itu tak mencapai kata sepakat.
Kesepakatan pekan ini menandai kemenangan Foxconn yang akhirnya menguasai Sharp. Aksi ini membuat Foxconn lebih dalam mengenal teknologi layar, yang merupakan komponen paling mahal di perangkat mobile.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foxconn sendiri adalah manufaktur dari banyak perangkat mobile buatan perusahaan ternama. Foxconn juga memproduksi komputer sampai konsol game.
Foxconn, yang berasal dari Taiwan, berencana melakukan investasi besar di Sharp untuk meningkatkan kapasitas produksi layar, termasuk layar jenis baru yang dikenal organic light emitting diode atau OLED.
Apple, salah satu pelanggan terbesar Foxconn, diprediksi akan menggunakan teknologi ini untuk iPhone di masa depan.
"Sharp memiliki beberapa paten kunci yang berhubungan dengan layar yang akan dimanfaatkan Foxconn saat memperluas bisnis panel layarnya," kata analis Yoshio Tamura, senior direktur di IHS Technology, seperti dikutip dari
The Wall Street Journal.
Saat ini, Samsung adalah pemimpin dalam produksi layar OLED dengan menguasai 95 persen pangsa pasar global, menurut data dari perusahaan riset.
Chairman Foxconn, Terry Gou berkata, pihaknya memiliki banyak rencana dan bersemangat untuk membuka potensi tersembunyi atas Sharp "dan bersama-sama mencapai ketinggian besar."
Sharp sendiri kini dipimpin oleh Kozo Takahashi sebagai CEO. Perusahaan tersebut berdiri pada 1912 dan berbasis di Osaka. Mereka menawarkan berbagai produk konsumen, dari kalkulator, televisi, pendingin ruangan, sampai lemari es.
Selama beroperasi 103 tahun, Sharp menciptakan banyak produk teknologi pertama. Mereka dikenang sebagai pelopor pensil mekanik pada 1915 dan ikut merintis teknologi televisi, panel layar, dan panel surya.
Krisis mulai menghantam Sharp pada 2012 ketika mendekati kebangkrutan. Perusahaan berjuang di tengah utang besar dan sempat membayar utang besar dalam empat tahun terakhir.
Sampai saat ini produk Sharp masih disukai oleh konsuem Jepang, namun tidak mampu mengembangkan usahanya secara global karena kurangnya sumber daya.
(adt/eno)