Jakarta, CNN Indonesia -- Apple tengah berseteru dengan FBI terkait permintaan membuka enkripsi iPhone salah satu pelaku penembakan, yang berujung penolakan. Seperti sedang menyindir kompetitornya, BlackBerry pernah mengalami kasus serupa dengan cara menghadapi yang berbeda.
CEO BlackBerry Jhon Chen mengomentari salah satu postingan dari Vice and Motherboard yang menyoroti kasus di tahun 2014 antara penegak hukum di Kanada yang meminta BlackBerry membongkar jaringan kejahatan teroganisir yang menggunakan perangkat tersebut.
Perangkat genggam itu diketahui tidak dilindungi oleh server BES BlackBerry, yang membantu perusahaan tersebut membongkar pesannya. Seperti diketahui, perusahaan itu mempunyai dua layanan BlackBerry Internet Service (BIS) dan BlackBerry Enterprise Service (BES) yang biasanya mempunyai pengamanan berlapis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah lama bersikap dengan jelas bahwa perusahaan teknologi (juga) sebagai warga yang baik harus (mematuhi) sesuai dengan permintaan akses yang sah dan wajar," kata Chen di pos, seperti dikutip Reuters.
"Kami memang di tempat yang gelap ketika perusahaan menempatkan reputasi mereka di atas kebaikan yang lebih besar," kata Chen.
Walau tak menyebut secara langsung, dia juga berkomentar mengenai kasus berlarut-larut yang menimpa Apple dengan FBI. Karena seperti diketahui, Apple enggan membuka enkripsi sebagai bentuk permintaan dari lembaga negara itu.
"Bukan berarti kita bisa memecahkan setiap telephone, tapi dari sudut pandang filsafat, kebijakan dan prinsip-prinsip BlackBerry, kami akan membantu setiap kali ada panggilan pengadilan formal yang datang kepada kami dan kami telah melakukannya selama bertahun, tahun," kata Chen .
"Tapi karena kita tidak memiliki backdoor dan karena teknologi enkripsi sekarang telah mendapat ke titik di mana kita dapat, atau mungkin tidak mampu menembus itu, kita akan memiliki kesulitan yang sama, tapi kita tidak akan memiliki sikap yang sama," tegasnya.
(tyo/eno)