Indosat Teruskan Investasi Besar di Layanan Data

Aditya Panji | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2016 07:19 WIB
Indosat meneruskan investasi besar mengembangkan layanan 4G LTE. Sebesar 40 persen dari belanja modal tahun ini dipakai untuk mengembangkan 4G LTE.
Petugas layanan purna jual melayani pelanggan Indosat Ooredoo di gerai yang berlokasi di kantor pusat Indosat Ooredoo di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa, 24 November 2015. (CNN Indonesia/Aditya Panji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indosat Ooredoo telah mencatat laporan keuangan positif di kuartal pertama 2016 yang dipicu oleh layanan data, dan akan meneruskan alokasi besar dari belanja modal tahun 2016 untuk ekspansi layanan Internet 4G LTE sebagai andalan.

Dari belanja modal sebesar Rp7 triliun sampai Rp8 triliun yang dianggarkan tahun ini, sebesar 40 persen rencananya dipakai untuk mengembangkan 4G LTE.

“Karena sekarang tren akselerasi 3G ke 4G,” kata Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alexander berkata layanan 4G LTE Indosat Ooredoo telah tersedia di 28 kota yang menjangkau 40 juta penduduk Indonesia. Ia menargetkan tahun ini layanan 4G LTE Indosat bisa menjangkau 70 juta penduduk.

Dalam rapat umum pemegang saham, Kamis (2/6), Indosat mencatat saat ini memiliki 52.326 BTS atau tumbuh 28,2 persen dari tahun ke tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 25.068 adalah BTS 3G, kemudian 23.714 adalah BTS 2G, dan 3.544 adalah BTS 4G LTE.

Dari 69.8 juta pelanggan di kuartal pertama tahun ini, sekitar 31,2 jutanya adalah pelanggan data. Perusahaan mencatat pertumbuhan trafik data tumbuh 52,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.


Indosat membukukan laba bersih sebesar Rp217,2 miliar di kuartal pertama tahun ini yang berakhir pada Maret 2016, atau tumbuh signifikan dibandingkan rugi yang dialami pada periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 455,6 miliar.

Pendapatan konsolidasi yang dibukukan mencapai Rp6,8 triliun, naik 11,8 persen dari periode yang sama di tahun lalu.

Pendapatan seluler, data tetap (MIDI), dan telepon tetap masing-masing memberikan kontribusi sebesar 82 persen, 14 persen, dan 4 persen terhadap pendapatan konsolidasian Perusahaan.

Alexander berkata pertumbuhan pendapatan ini didukung oleh pendapatan seluler yang meningkat sebesar 15,8 persen, utamanya disebabkan peningkatan pendapatan data, SMS, telepon dan VAS yang diimbangi dengan penurunan dari pendapatan interkoneksi.


Selain itu, Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) juga tumbuh 13,7 persen menjadi Rp2,9 triliun dibandingkan periode yang sama 2015 sebesar Rp2,6 triliun, dengan margin EBITDA sebesar 43,5 persen. Beban mengalami peningkatan sebesar 6,7 persen menjadi Rp5,9 triliun dibandingkan periode yang sama 2015 yaitu Rp5,6 triliun.

Per tanggal 31 Maret 2016, total utang Indosat naik sebesar 4,8 persen dibandingkan per tanggal 31 Maret 2015. Pembayaran yang dilakukan dalam tahun tersebut adalah cicilan pinjaman SEK Tranche A, B dan C sebesar US$45,0 juta, cicilan pinjaman HSBC Coface dan Sinosure US$20,1 juta, cicilan pinjaman komersial 9 tahun dari HSBC sebesar US$ 4,1 juta, percepatan pelunasan obligasi 2020 sebesar US$650 juta, pelunasan Obligasi VI seri B sebesar Rp320,0 miliar, pembayaran fasilitas RCF BSMI sebesar Rp250 miliar, pembayaran fasilitas kredit investasi BCA sebesar Rp100,0 miliar dan pembayaran pinjaman dari kepentingan non-pengendali Artajasa Pembayaran Elektronis sebesar Rp15,75 miliar.

Penambahan utang sepanjang 31 Maret 2015 sampai 31 Maret 2016 adalah penarikan fasilitas RCF BCA sebesar Rp1,6 triliun, penarikan fasilitas RCF BNI sebesar Rp600 miliar, penarikan fasilitas RCF BTMU sebesar Rp250 miliar, penarikan fasilitas RCF BNPP sebesar Rp50 miliar, penerbitan obligasi Berkelanjutan Indosat I Tahap II sebesar Rp2,68 triliun, penerbitan Sukuk Ijarah Berkelanjutan Indosat I Tahap II sebesar Rp416 miliar, penerbitan Obligasi Berkelanjutan Indosat I Tahap III sebesar Rp794 miliar, penerbitan Sukuk Ijarah Berkelanjutan Indosat I Tahap III sebesar Rp106 miliar, USD RCF Mizuho sebesar US$30 juta, US$ RCF DBS sebesar US$50 juta serta USD RCF ANZ sebesar US$100,0 juta. (adt)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER