Gojek Tepis Stigma 'Kurang Anak Bangsa'

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Sabtu, 11 Jun 2016 12:42 WIB
Gara-gara mengakuisisi startup India, Gojek yang kental dengan tagline "Karya Anak Bangsa' dianggap 'kurang anak bangsa'.
Vice President of Technology Gojek Indonesia Alamanda Shantika. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Layanan Gojek identik dengan frasa "karya anak bangsa" karena didirikan oleh sejumlah anak muda di Indonesia. Sejak memutuskan mengakuisisi startup India, anggapan tersebut menjadi perdebatan.

Startup asal India yakni C42 Engineering dan Codelgnition resmi diakuisisi Gojek pada Februari  silam. Dengan pembelian ini, semua anggota di dua startup tersebut kini berada di bawah kepemimpinan Gojek.

Banyak yang penasaran mengapa Gojek yang punya tagline "karya anak bangsa" malah melakukan akuisisi ke perusahaan asing?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alamanda Shantika selaku Vice President of Technology Gojek mencoba menjelaskan soal anggapan salah yang mengatakan bahwa Gojek bukan lagi karya anak bangsa.

Ditemui CNN Indonesia dan sejumlah media lain di kantornya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Alamanda mengatakan bahwa keputusan perusahaan mencomo startup India itu adalah untuk menyerap ilmu, khususnya bidang teknologi.

"Sejak Gojek hadir dan meluncurkan aplikasi, kita sadar kalau sistem dari mulai server hingga engineering kita masih harus ditingkatkan lagi," ucap Alamanda pada Jumat (10/6).

Ia melanjutkan, "dengan penggabungan ini (akuisisi startup India) ya bukan semata-mata untuk mengurangi esensi karya anak bangsa. Anggapan itu salah, karena sejatinya kami masih butuh belajar dari yang lebih mapan."

Alamanda melihat, India memiliki semangat dan kemampuan dalam bidang teknologi yang sudah maju. Ditambah etos kerja dan kemauan keras untuk terus berinovasi adalah salah satu alasan Gojek melirik India.

"Dari dua startup yang kita akuisisi, jumlah stafnya ada 35 orang. Mereka bisa dibilang powerful dari sisi techincal dan mentoring. Sedangkan kami di sini ada ratusan orang butuh ilmu dari mereka," katanya.

Alamanda juga menambahkan, dengan menggabungkan perusahaan asing bukan berarti itu membuat Gojek jadi "kurang anak bangsa".

Baginya, dua startup India tersebut mampu membantu pembelajaran soal teknologi informasi yang menjadi akar Gojek sendiri.

35 karyawan India yang bekerja di sana juga diakui Alamanda, seringkali bolak-balik ke Indonesia untuk berbagi, evaluasi, hingga mentoring.

"Ya, salah satunya juga mereka beri pengetahuan baru soal bagaimana atasi bug dan server eror pada jam sibuk layanan kita," imbuhnya.

Alamanda sendiri sudah bergabung di Gojek sejak Mei 2014. Kala itu statusnya masih freelance hingga akhirnya ia menjadi karyawan tetap setahun kemudian dan diganjar sebagai konsultan.
Vice President of Technology Gojek Indonesia Alamanda Shantika. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)

Mencoba mengembangkan aplikasi Gojek dari nol, Alamanda kemudian didapuk menjadi VP Technology dan membawahi para staf yang fokus pada programming dan coding.

Kini Alamanda baru saja mendapat titel baru, yaitu VP of Happiness Delivery per Mei kemarin. Secara teknis, ia sebetulnya sudah tidak lagi memegang jabatan berbau teknologi, namun mengaku masih terlibat di pengembangan produk.

VP of Happiness Delivery ini Bisa dibilang belum resmi sepenuhnya, namun tanggung jawab yang akan ia pegang adalah melingkupi people's acquisition (perekrutan karyawan) dan people's experience (pengalaman bekerja karyawan. (tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER