Jakarta, CNN Indonesia -- Pendiri dan CEO Grab Anthony Tan angkat bicara soal persaingan ketat aplikasi penyedia jaringan transportasi yang tak hanya berupaya menarik pengguna sebanyak mungkin, tetapi juga bersaing soal mitra jumlah mitra pengemudi dan keharusan menekan subsidi.
Anthony berkata akan mengarahkan Grab menjadi perusahaan yang memiliki bisnis berkelanjutan, dan hal itu bisa dilakukan dengan menyediakan solusi jangka panjang dalam teknologinya serta memangkas subsidi.
Pemotongan subsidi yang dilakukan Grab di Indonesia, disebut justru membuat bisnis mereka tumbuh. Dia memberi contoh layanan GrabBike. Sejak awal 2016 ketika rebranding sampai sekarang, Anthony menegaskan layanan ojek motor itu tumbuh 300 persen kendati perusahaan melakukan pemotongan sebesar 50 persen untuk setiap perjalanan yang diselesaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini menunjukkan tingginya engagement pada layanan Grab. Ini alasan kami untuk fokus pada teknologi,” katanya saat ditemui di Jakarta, kemarin.
Grab mengaku tidak bisa selamanya memberi subsidi untuk mempertahankan mitra tetap bekerja untuk mereka. Strategi jangkah panjang yang diambil adalah memberi lebih banyak pekerjaan kepada mitra melalui teknologi yang terus dikembangkan.
Utilitas AsetDalam industri yang digeluti Grab, Anthony berkata indikator kepemimpinan pangsa pasar bukan hanya dilihat dari jumlah mitra pengemudi, tetapi bagaimana memanfaatkan aset seefisien mungkin dan mengurangi anggaran subsidi.
“Ini tentang berapa banyak pengemudi yang mendapat penumpang lalu duduk di belakangnya, dan berapa banyak subsidi yang Anda bayar. Jika mengeluarkan subsidi terlalu besar, Anda membakar uang tunai sampai tak tersisa untuk besok. Anda tak bisa memiliki jutaan pengemudi. Ini bukan suatu relevansi solusi jangka panjang untuk menyelesaikan masalah jangka panjang,” ujar Anthony.
Anthony berpendapat dalam persaingan aplikasi transportasi online, hal yang tak kalah penting adalah bagaimana meningkatkan produktivitas dan pendapatan mitra. Begitu pengemudi menurunkan penumpang di suatu tempat, beberapa saat kemudian dia sudah mendapatkan penumpang dan pekerjaan lain.
Hal ini disebut akan efisien dari sisi tenaga mitra dan biaya bensin yang dikeluarkan, sehingga Anthony berharap mitra bisa membawa uang lebih banyak uang ke istri dan anaknya.
Grab mengaku menjaga agar tidak terjadi ketersediaan pengemudi (supply) yang sangat besar dibandingkan dengan permintaan (demand) pasar. Jika ketersediaan pengemudi terlalu besar, Anthony khawatir pengemudi sulit dapat pekerjaan dan uang.
“Tapi jika kami memberi banyak pekerjaan dengan teknologi, dia akan tetap di platform meski tanpa subsidi. Naikkan penumpang, lalu turunkan. Naikkan lagi, turunkan lagi. Mereka akan dapat banyak uang dan mengurangi subsidi kami,” jelas Anthony.
Sejauh ini Grab memiliki total mitra sebanyak 320.000 pengemudi di Asia Tenggara meliputi 30 kota di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Perusahaan tak mengungkap data mitra pengemudi di Indonesia, termasuk jumlah penumpang dan pemesanan.
Teknologi, Teknologi, TeknologiAnthony berkata semua yang ia jabarkan itu akan diwujudkan dengan bantuan teknologi yang memanfaatkan big data, kecerdasan buatan, infrastruktur kuat agar layanan tidak tumbang, serta menjaga keamanan informasi pengguna.
Sampai pertengahan tahun ini, Grab memiliki pusat penelitian dan pengembangan di Seattle (Amerika Serikat), Beijing (China), dan Singapura. Anthony berkata pihaknya mengalokasikan anggaran terbesar operasional perusahaan untuk
human capital, termasuk merekrut pemrogram andal.
"Kami harus jaga server tidak down. Kalau down, kami kehilangan kesempatan. Kami juga sangat menjaga informasi pribadi agar tidak bocor," ucapnya.
Dari sisi penumpang, Anthony mengatakan Grab akan terus megedepankan teknologi yang membuat penumpang mendapatkan mobil atau motor tumpangan secepat mungkin.
Dalam membangun bisnis yang kesinambungan, Grab menargetkan konsumen yang sangat sensitif terhadap waktu, ketimbang konsumen yang sensitif harga.
Grab telah bekerjasama dengan World Bank untuk informasi lalu lintas jalan raya di Asia Tenggara yang memungkinkan mereka meraih informasi kemacetan, kecelakaan, lampu merah. Semua data itu dapat dianalisis agar pengemudi menempuh jalur tercepat dan penumpang bisa menghemat waktu selama 5 menit.
“Menghemat waktu 5 menit bisa mengubah hidup Anda. Promosi Rp30.000 tidak memengaruhi apa pun untuk diri Anda,” tutur Anthony.
(adt/tyo)