Alor, CNN Indonesia -- Komitmen untuk meenyediakan akses komunikasi melalui pembangunan jaringan merupakan salah satu tanggung jawab operator, atas imbal balik dari izin penggunaan spektrum yang diberikan pemerintah. Tidak hanya di kota besar, namun juga hingga ke area perbatasan.
“Pembangunan suatu daerah tak bisa dilepaskan dari telekomunikasi dengan membangun jaringan hingga ke pelosok, termasuk di daerah Alor, Nusa Tenggara Timur ini,” ujar Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, saat ditemui sejumlah awak media.
Peresmian salah satu
Base Transceiver Station (BTS) dilakukan bersamaan dengan Gerakan Pembangunan Terpadu Perbatasan yang dihadiri oleh Menkopolhukam Wiranto dan Mendagri Tjahjo Kumolo.
Ririek mengatakan saat ini Telkomsel sudah membangun lebih dari 120 ribu BTS dan melayani setidaknya 160 juta pelanggan. Sudah sepantasnya juga menjaga kedaulatan negara dengan agar tak terpapar jaringan dari negara tetangga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi diketahui, Pulau Alor ini termasuk daerah yang berbatasan dengan Negara Timor Leste di bagian laut.
Saat ini, tidak kurang lebih 200 ribu jiwa di Kabupaten Alor telah dilayani oleh lebih dari 70 BTS Telkomsel.
“Kita sudah menyediakan 70 BTS di sini, sebagian sudah 3G dan 2G. Kami berharap, hadirnya Telkomsel di sini, bisa digunakan juga untuk pasukan TNI yang sedang bertugas,” tambahnya.
Saat ini Telkomsel telah mengoperasikan 627 BTS yang berlokasi di area yang berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini. Dari 627 BTS di perbatasan tersebut, 148 di antaranya merupakan BTS 3G yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam mengakses layanan data.
Melihat Alor, butuh waktu sekitar 50 menit perjalanan udara dengan pesawat perintis dari Kupang. Di daerah yang memiliki pantai indah nan biru ini, boleh dibilang Telkomsel menjadi satu-satunya operator yang masih beroperasi.
Dikatakan Yetty Kusumawati, Executive Vice President Telkomsel Area Jawa-Bali, dahulu memang ada operator lain yang beroperasi, namun karena alasan ekonomi, mereka pun akhirnya pergi.
“Kita sekarang dianggap monopoli. Padahal kalau dilihat lagi, untuk membangun area perbatasan saja cuma Telkomsel yang berkomitmen,” tegas Ririek.
(tyo/evn)