Jakarta, CNN Indonesia -- Tumbuh sebagai anak baru dalam bisnis
e-commerce, Alfacart percaya diri dapat bersaing dengan para pendahulunya seperti Tokopedia, Bukalapak, dan MatahariMall. Jaringan minimarket Alfamart yang sangat luas menjadi modal kepercayaan diri untuk memperkuat bisnis perdagangan elektronik.
Dari sekitar 12.000 toko jaringan Alfamart di Indonesia, Alfacart berkata telah memanfaatkan sekitar 7.000 toko yang dikelola sendiri oleh Alfamart. Ke depan, Alfacart juga akan memanfaatkan ribuan toko lain yang dikelola oleh mitra pewaralaba Alfamart, untuk mendukung bisnis Alfacart.
“Kami punya rencana untuk memanfaatkan toko yang waralaba dari Alfamart. Itu pasti ada hitung-hitungannya sendiri, karena terkait dengan pewaralaba,” ujar Haryo Suryo Putro, COO sekaligus CMO Alfacart, kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alfacart selama ini telah memanfaatkan ribuan gerai Alfamart sebagai salah satu tempat pembayaran online to offline (o2o), atau pemesanan lewat situs/aplikasi Alfacart kemudian pembayaran bisa dilakukan di jaringan Alfamart.
Selain sebagai alternatif tempat pembayaran transaksi, Alfacart juga menjadikannya sebagai lokasi pengambilan barang. Dengan adanya fitur tersebut, menurut Haryo bisa menekan biaya logistik yang selama ini menjadi komponen biaya terbesar bagi industri e-commerce.
"Modal jaringan kami bisa jadi game changer dalam industri ini," aku Haryo dengan percaya diri.
Haryo mengaku keberadaan "kakak sulung" mereka punya peran besar dalam proses pengembangan produk Alfacart ke depannya. Itu sebabnya inovasi yang akan dibuat bakal berpusat pada keunggulan yang dimiliki jaringan gerai Alfamart.
Contohnya, selain sebagai tempat pembayaran, pengambilan barang, dan pengiriman, Alfacart akan mempermudah pelaksanaan retur. Nantinya, pembeli yang tak puas dengan barang yang dibeli secara online cukup menukarkan barang tersebut di gerai Alfamart terdekat.
Namun bukan berarti Alfacart tak punya kendala. Baru diluncurkan Mei silam dengan melakukan rebranding dari Alfaonline, Alfacart masih berjuang memperkenalkan mereknya di antara kepungan kompetitor lain.
"Sampai akhir tahun 2016 kita masih menargetkan akuisisi konsumen dan mengejar trafik dulu," terang Haryo.
Kendati Alfacart selalu mengatakan bakal memanfaatkan jaringan Alfamart, namun integrasi sistem di antara keduanya bukan perkara mudah karena benar-benar menjalani model bisnis dan operasional yang berbeda antara online dan offline. Dari sisi konsumen, keduanya juga punya target yang berbeda.
Saat ini Alfacart telah memiliki varian produk lebih dari 150.000 dan menjelma sebagai marketplace terutama penjual yang kebanyakan berasal dari UKM. Perusahaan mencatat peralatan elektronik dan fesyen menjadi penyumbang nilai transaksi terbesar.
(adt)