'Umi Gojek' Komentari Peran Perempuan di Sektor Teknologi

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 18:07 WIB
Alamanda sebagai eks petinggi Gojek berbagi pendapat dan angan-angan mengenai peran perempuan di industri teknologi Indonesia.
Alamanda Shantika. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai salah satu perempuan yang berkecimpung di dunia teknologi, Alamanda Shantika Santoso berbagi pendapatnya mengenai peran kaum hawa di industri yang masih didominasi oleh lelaki.

Alamanda akrab disapa Ala, ia menjadi salah satu dari otak pengembangan aplikasi Gojek. Ya, latar belakang Ala yang lulusan Teknologi Informasi (TI) dan Matematika dari Binus University enam tahun lalu itu sempat menjabat sebagai VP Technology di Gojek.

Ala bekerja untuk Gojek selama 2,5 tahun dan kini ia bergabung di Kibar per 1 Oktober 2016. Bidang yang ia geluti memang tak jauh-jauh dari sentuhan dunia digital.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Kibar, Ala membantu menjalankan sejumlah program yang mendorong ekosistem bisnis digital Indonesia, antara lain Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital dan FemaleDev.

Tentu apa yang dijalani Ala menarik perhatian, sebab ia memasuki industri yang mayoritas diisi oleh kaum laki-laki. Tetap percaya diri dengan apa yang ia yakini, Ala pun punya keinginan sendiri untuk memperluas peran perempuan di sektor teknologi.


"Perempuan di industri teknologi memang masih sedikit, terutama programmer dan developer," ungkap Ala saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kantor Kibar, Jakarta, Kamis (6/10).

Ia lalu melanjutkan, "dulu di tim IT Gojek saja perempuan hanya 10 persen, itu saja sudah lumayan."

Pada dasarnya panggilan "umi" yang melekat di dirinya berawal dari peran Ala sebagai perempuan di tim teknologi Gojek.

Ala yang juga bertanggung jawab dalam pemberdayaan komunitas FemaleDev mengaku, FemaleDev sendiri akan kembali dijalankan untuk memberi pelatihan dan edukasi kepada pengembang perempuan lokal.

"Makanya kita bikin FemaleDev lahir kembali untuk meningkatkan itu lagi. Bukan cuma melahirkan programmer perempuan, tapi juga para pemimpin perempuan yang punya basis teknologi," jelas Ala.

Bagi Ala, jika para perempuan yang secara akademik mengemban ilmu pemasaran dan tertarik terjun ke sektor teknologi, mereka tidak perlu repot-repot menempuh edukasi formal teknologi. Cukup bergabung di FemaleDev, katanya.

Salah satu tujuan FemaleDev seperti yang dijelaskan Ala, paling tidak kaum perempuan Indonesia bisa mendapat pembelajaran coding dan logika di ranah teknologi.


"Coba lihat Nadiem, dia memang bukan orang teknis. Tapi pada akhirnya dia belajar sedikit teknis dan mengerti logikanya. Ia sebagai pendiri, hal itu berguna agar tidak dibohongi oleh programmernya," imbuh Ala, sembari berkelakar.

Setelah lulus di tahun 2010 dengan gelar ganda (double degree), Ala mencoba peruntungan di sejumlah perusahaan seperti e-commerce Berrybenka hingga Kartuku.

Pada Mei 2014 Ala terdaftar sebagai karyawan lepas di Gojek sebagai konsultan, namun ia masih bekerja untuk Kartuku. Ia mulai mengembangkan aplikasi Gojek sejak saat itu.

Setelah dirayu oleh Nadiem Makarim sang CEO, akhirnya Ala meninggalkan Kartuku untuk menjadi pegawai tetap di Gojek pada Mei 2015 sebagai VP of Product, yang tak lama ia mengepalai divisi teknologi.

Ala yang mengaku gemar coding sejak umur 14 tahun itu memberanikan diri melangkah lebih maju dan undur diri dari Gojek demi mencapai mimpi lainnya, salah satunya dengan bergabung dengan Kibar.

Di mata Ala, Kibar sebagai perusahaan konsultan bisnis kreatif dan digital ini dinilai sejalan dengan mimpinya yakni memberi efek sosial lebih besar di masyarakat, yang salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. (hnf/tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER