Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah masalah yang mendera ponsel pintar milik Samsung yang terbaru, yakni Galaxy Note 7, memang memukul nama besar vendor asal Korea Selatan itu. Walaupun pada kenyataanya, masih ada yang menggunakannya.
Sebelumnya Samsung sudah melakukan recall yang pertama terhadap Galaxy Note 7 tak lama setelah mendapatkan sejumlah laporan ponsel bongsor ini meledak. Calon konsumen pun sempat mendapatkan versi ‘aman’, kendati tak lama ditarik kembali, sebelum akhirnya berhenti diproduksi dan dijual.
Melihat siklus pendek Galaxy Note 7, seharusnya, ponsel ini ditinggalkan penggunanya secepatnya. Tapi, nyatanya tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui laporan Apteligent yang
CNNIndonesia.com dari Phandroid, setidaknya ada 1 juta Galaxy Note 7 yang masih digunakan oleh sejumlah konsumen.
Samsung memang menawarkan
refund untuk pengguna yang telanjur sudah membeli dan menggunakan phablet. Ada dugaan, mereka adalah konsumen yang keras kepala serta masih percaya peranti genggam miliknya masih aman untuk digunakan.
Tapi yang jelas akan sulit untuk pengguna Galaxy Note 7 yang berpergian menggunakan pesawat terbang.
Sebab, Amerika Serikat melarang ponsel pintar Samsung Galaxy Note 7 terbang dalam semua penerbangan mulai Sabtu siang. Di hari yang sama, maskapai Singapore Airlines juga memberlakukan larangan serupa untuk semua penerbangannya.
Situs teknologi The Verge melaporkan setidaknya ada lima insiden Galaxy Note 7 versi baru terbakar di AS dalam sepekan terakhir. Bahkan, ada unit pengganti Galaxy Note 7 yang terbakar ketika berada di pesawat dan membuat awak pesawat harus mengevakuasi penumpang untuk keluar dari kabin.
 Foto: CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani Perjalanan Pendek Samsung Galaxy Note 7 (CNN Indonesia/ Astari) |
Larangan yang dikeluarkan oleh Departemen Transportasi AS dan badan lain menyatakan bahwa penumpang dilarang membawa Galaxy Note 7 ke pesawat.
“Kami menyadari bahwa larangan ponsel ini dari penerbangan akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi beberapa penumpang, namun keselamatan bagi semua orang di atas pesawat harus menjadi prioritas,” kata Menteri Transportasi AS Anthony Foxx.
“Bagi siapa pun yang melanggar larangan dapat dikenakan tuntutan pidana selain denda,” kata Departemen Transportasi AS dalam pernyataan.