Jakarta, CNN Indonesia -- Yahoo bersiap memasuki babak baru pasca kasus pencurian sekitar 500 juta informasi pribadi penggunanya yang dikonfirmasi bocor sejak akhir tahun 2014.
Pihak perusahaan kemarin (9/11) menawarkan rincian terkait efek pelanggaran keamanan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).
CEO Marissa Mayer tidak menampik apabila servernya kebobolan dan memicu permasalah baru bagi perusahaan. Akibatnya, ada puluhan gugatan yang telah didaftarkan oleh berbagai pihak terkait kasus pembobolan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan pelanggaran tersebut, pihak perusahan mengatakan telah menghabiskan US$1 juta pada kuartal ketiga tahun ini untuk mempertahankan imej perusahaan. Meski begitu, Marissa tidak menampik jika layanan Yahoo mulai ditinggalkan pengguna.
Mengutip
Business Insider, hingga saat ini setidaknya ada 23 gugatan
class-action ke pengadilan soal pencurian informasi pengguna. Yahoo menolak memberikan informasi nilai total gugatan-gugatan tersebut.
Gugatan yang didaftarkan mulai dari kalangan personal hingga instansi pemerintah yang merasa dirugikan dengan bobolnya server Yahoo.
Salah satu gugatan yang telah didaftarkan oleh warga New York bernama Ronald Schwartz ke pengadilan federal di San Jose, California pada September lalu. Namun tidak diketahui detil isi tuntutannya dan besaran jumlah ganti rugi.
Laporan yang dirilis
CNet menyebutkan, Yahoo mengakui adanya keterlibatan karyawan dalam aksi pembobolan informasi pribadi penggunanya.
Hanya saja, dalam hal ini pihak Yahoo menolak memberikan komentar dan penjelasan lebih rinci terkait sosok karyawan yang dimaksud.
Insiden peretasan terbesar sepanjang sejarah ini menguap tepat sebulan setelah Verizon mengumumkan rencana untuk mengakuisi Yahoo dengan mahar US$4,83 miliar. Akibat insiden ini, Yahoo terancam gagal diakuisisi Verizon sebab perusahaan teknologi tersebut terkesan menutup-nutupi kasus pembobolan sehingga membuat nilai jual anjlok.
(evn)