Uji Publik Revisi PP Telekomunikasi Cuma Setengah Hati

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Senin, 14 Nov 2016 08:37 WIB
Meski disambut baik, tetap saja masih ada kritikan soal rencana revisi PP Nomor 52 dan 53 Tahun 2000.
Ilustrasi BTS (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar uji publik untuk rencana revisi dua Peraturan Pemerintah soal Telekomunikasi. Meski disambut baik, tetap saja masih ada kritikan yang diungkapkan oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI).

Dilansir dari situs resminya Kominfo telah membuka draft revisi di situs kementerian terhadap RPP tentang perubahan atas PP No 52 dan 53 Tahun 2000 dengan pelaksanaan uji publik dilakukan mulai hari ini, 14 November hingga 20 November 2016.

Dengan waktu yang hanya satu minggu, Komisioner Ombudsman Alamsyah Saragih, menyangsikan uji publik ini bisa mendapatkan masukan yang optimal dari seluruh kalangan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mengapresiasi langkah Kominfo ini, semoga bukan hanya formalitas. Tapi kalau melihat waktunya, terlalu singkat," kata Alamsyah saat menanggapi uji publik kedua revisi PP tersebut, Senin (14/11/2016).

Ditegaskan olehnya, Kominfo harus bisa memberikan jawaban tertulis terhadap masukan yang diberikan oleh publik. Baik alasan menerima masukan atau menolak masukan tersebut.

"Dan ini harus dipublikasikan. Jika tidak, orang akan menilai hal ini hanya formalitas. ini biasa dilakukan di negara lain," ujarnya lebih lanjut.

Dalam dokumen yang dapat diunduh melalui situs kominfo.go.id, terlihat memang isu hangat tentang network sharing yang menggemuka sejak Juni 2016 ikut dibahas dalam dua RPP tersebut. Selain network sharing, ada juga pembahasan soal pengalihan frekuensi yang lumayan menjadi perdebatan sejak wacana revisi beredar.

Dihubungi di tempat terpisah, Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala, menilai uji publik yang dibuka oleh Kominfo seperti tak sepenuh hati.

"Tidak layak. Ini ada unsur main-main biar dikata sudah uji publik. Nah yang kayak begini ini bisa buat situasi chaos dalam industri kita. Kalau cuma basi-basi, yang jelas hasilnya sudah tidak layak saji. Bisa buat muntah dan sakit yang mau mengikuti," sindirnya.

Kamilov yang pernah menjabat sebagai Komisioner di Komisi Kejaksaan dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia juga berani menuding Kominfo takut kinerjanya dikritisi jika uji publik dibuka dalam waktu yang lebih lama.

"Tolong kalau mau kasih uji publik ya sewajarnya saja. Contoh, gajian aja nunggu sebulan baru bos bayar. Nah ini takut dikritisi hasil kerjaannya. Padahal itulah fungsi dari kita-kita di masyarakat untuk bantu negara," sindirnya lebih lanjut.

Kamilov tak hanya berhenti sampai di sini. Menurutnya, LPPMI saat ini tengah dalam proses membahas kedua PP tersebut. "Secara garis besar, regulator memaksakan kehendak dan sewenang-wenang dalam materi PP," ujarnya.

"Kepentingan negara dan masyarakat sebagai pemilik kedaulatan bangsa terhadap tanah airnya seperti frekuensi dibiarkan saja tanpa membuat anak bangsanya kokoh berdiri. Miris memandang pola pikir regulator seperti itu. Sedih kalau tetap dipaksakan," cetusnya.

(tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER