Astronaut Terancam 'Gila' Sebelum Tiba di Mars

CNN Indonesia
Kamis, 19 Jan 2017 07:14 WIB
Perjalanan Mars membutuhkan waktu yang lama. Selain tantangan bagi aspek teknologi, kesehatan mental astronaut juga dipertaruhkan.
Mantan astronaut NASA Scott Kelly saat ia akan menjalani misi antariksa selama satu tahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional (Maxim Zmeyev)
Jakarta, CNN Indonesia -- Misi antariksa jarak jauh seperti menyambangi Mars memang menantang. Selain persiapan teknologi wahana antariksa, kesehatan fisik dan mental awak astronaut juga harus dipertaruhkan, bahkan jika mereka terancam 'gila' sekalipun.

Perjalanan menuju Mars telah menjadi sebuah destinasi impian di masa depan yang ditargetkan oleh berbagai pihak.

Misalnya NASA, lembaga antariksa Amerika Serikat ini sudah menyiapkan pesawat antariksa Orion dari jauh-jauh hari sebagai wahana yang memboyong awak manusia menuju Planet Merah pada 2030an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentu saja kendala yang perlu diperhatikan tak hanya terletak pada aspek teknis saja, namun juga dari sisi kesehatan fisik dan mental astronaut.


Menurut penelitian US National Academies of Sciences, Engineering and Medicine, perjalanan jarak jauh menuju Mars sungguh menantang kondisi mental awak manusia.

Dalam penelitian tersebut, tim ilmuwan mengibaratkannya seperti manusia yang harus menghabiskan waku selama sembilan bulan di dalam bus menuju padang pasir asing, tanpa hiburan menyenangkan layaknya kehidupan di Bumi.

Jam tidur tidak beraturan, rindu keluarga karena komunikasi yang tidak memungkinkan selama berada di luar angkasa, dan 'mimpi buruk' akibat minimnya koneksi WiFi menjadi deretan faktor yang mampu membuat astronaut menjadi 'gila' sebelum ia tiba di Mars.

"Dua masalah paling kritis adalah terkena radiasi karena sudah keluar jauh dari orbit rendah Bumi dan efek psikososial dari kondisi terkurung dan terisolasi," ucap salah satu penulis penelitian, Carol Scott-Conner seperti dikutip dari situs TechRadar.

Berbagai simulasi dilakukan demi Mars

Di luar dari penelitian tersebut, pada dasarnya pihak NASA dan akademisi lain telah menerapkan simulasi awak manusia sebagai persiapan menuju Mars di masa depan.

Yang paling sering diberitakan adalah simulasi kehidupan Mars di area gunung Hawaii yang dipercaya memiliki iklim mirip Mars.

Di sana, calon astronaut hingga sejumlah ilmuwan sengaja 'dikurung' di hub khusus sebagai tempat berlindung mereka selama berbulan-bulan.

Tujuannya tentu saja agar mereka terbiasa dan terlatih tentang bagaimana bertahan hidup di Mars, baik dari fisik dan kesehatan mental.

Selain itu, sejak 2014 lalu pihak NASA kerap mengatakan bahwa salah satu hal yang akan dilakukan adalah hibernasi bagi para awak yang menjalankan misi Mars.

Salah satu tujuan dari hibernasi adalah pengurangan biaya.

Teknisi SpaceWorks, Mark Schaffer kala itu menjelaskan mengenai terapi 'mati suri' yang sudah dikenal sejak era 1980-an. Terapi ini kemudian dijadikan bagian pokok perawatan di rumah sakit sejak 2003 bagi pasien trauma dalam kondisi kritis.

Untuk dapat menjaga mereka tetap 'hidup', Schaffer mengatakan prosesnya akan sama seperti terapi induksi pada pasien yang terkena hipotermia. Para awak juga akan diberi asupan makanan melalui infus.

Kegiatan hibernasi ini mengurangi aktivitas gerak awak, sehingga hipotesa yang muncul adalah pesawat ruang angkasa yang digunakan nantinya tidak perlu berukuran raksasa.

"Untuk misi Mars, kami akan menekan durasi hibernasi menjadi 90 hari sampai 180 hari. Itulah durasi penerbangan yang kita butuhkan," ujar Schaffer.

NASA juga sudah pernah melakukan eksperimen tidur selama 70 hari yang bertujuan menstimulasi perjalanan waktu panjang di antariksa saat tubuh manusia mengalami stagnansi pertumbuhan (atrophia).

Dari uji coba itu, para ilmuwan NASA bakal mengetahui jenis otot yang hilang ketika manusia sedang tidak menjalankan aktivitas dalam jangka waktu yang lama.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER