Pemerintah AS Penyebab Kasus WannaCry?

CNN Indonesia
Selasa, 16 Mei 2017 09:24 WIB
Microsoft mengatakan bahwa pemerintah AS khususnya Badan Keamanan Nasional (NSA) turut bertanggung jawab atas merebaknya kasus ransomware WannaCry.
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/olm26250)
Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan masif yang disebabkan oleh ransomware WannaCrypt atau WannaCry diprediksi telah menginfeksi 100 ribu komputer di hampir 150 negara di dunia. Atas kejadian ini, Microsoft kabarnya turut meminta tanggung jawab pemerintah Amerika Serikat.

Raksasa teknologi asal Redmond ini mengatakan bahwa pemerintah AS khususnya Badan Keamanan Nasional (NSA) turut bertanggung jawab atas merebaknya kasus ransomware WannaCry.

Bukan tanpa alasan, ransomware dibuat berdasarkan alat atau tool ekspolitasi yang bernama "Eternal Blue" milik NSA yang diretas oleh kelompok Shadowbrokers pada 14 April lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih memberitahu Microsoft, NSA malah menyimpan rapat-rapat informasi mengenai Eternal Blue untuk kepentingannya sendiri, hingga akhirnya dicuri oleh kelompok peretas.


Alat ini memudahkan penggunanya untuk mengambil alih kendali atas perangkat Windows lawas yang sistemnya sudah tidak diperbarui.

Chief Legal Officer Microsoft Brad Smith mengecam tindakan NSA dan pemerintah AS dan menganggap keduanya telah menimbun senjata siber yang membahayakan banyak pihak.

"Pemerintah harusnya mempertimbangkan potensi dampak kerusakan terhadap warga sipil akibat disembunyikannya informasi ini," tulis Smith seperti dilansir IBTimes.

Beruntung Microsoft merespon cepat dengan mengeluarkan patch untuk pengguna agar tidak menjadi korban ransomware tersebut.

Microsoft sendiri memang tidak secara terang-terangan mengaku bertanggungjawab atas kasus ini. Sama halnya dengan NSa yang memilih bungkam untuk tidak mengkonfirmasi atau menampik kabar keterlibatan mereka.

Sementara itu, whistleblower sekaligus mantan anggota NSA Edward Snowden memuji sikap Microsoft yang tanggap dengan kondisi tersebut. Sementara di sisi lain, Snowden justru mengecam sikap NSA yang dianggapnya tak berani mengungkapkan kebenaran.

"Sampai pada serangan akhir pekan ini, Microsoft menolak secara resmi mengkonfirmasi serangan ini, karena pemerintah AS menolak untuk mengkonfirmasi atau membantah bahwa ini adalah upaya eksploitasi mereka," tulis Snowden melalui akun Twitternya.

Meski hingga saat ini sejumlah pakar TI memastikan telah mampu menekan jumlah korban peretasan di seluruh dunia, namun tidak menutup kemungkinan ada gelombang serangan kedua. Sejumlah pihak diminta untuk waspada dan melakukan berbagai upaya antisipatif terulangnya kejadian serupa.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER