Jakarta, CNN Indonesia -- Deretan skandal dan pemberitaan buruk mengenai kelakukan Kalanick rupanya membuat deretan direksi Uber gerah. Kelakuannya bahkan disebut-sebut sebagai racun perusahaan.
Kalanick telah memimpin Uber sejak pertama didirikan pada 2009. Namun, buruknya pemberitaan publik mengenai kepemimpinan Kalanick mendorong investor Uber berkonslidasi untuk meminta perombakan kepemimpinan di Uber. Desakan ini lantas berujung pada mundurnya Kalanick dari kursi CEO Uber yang diumumkan hari ini (21/6).
Rentetan skandal sekaligus blunder berkali-kali terjadi di perusahaan berbasis di San Francisco ini. Mulai dari tuduhan pelanggaran data privasi pengguna, konflik Kalanick dengan supir Uber, hingga pelecehan seksual di lingkungan kantor Uber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut adalah daftar skandal yang Uber lakukan dalam beberapa waktu terakhir.
1. Budaya Seksisme di Lingkungan Kerja
Seksisme dan diskriminasi gender merupakan kasus paling sering mendera Uber. Kasus peremehan berdasarkan gender semacam ini pertama kali mencuat saat Kalanick melempar lelucon bernada seksisme pada sebuah wawancara kepada
Esquire.
Kasus berikutnya adalah candaan seksisme oleh anggota direksi Uber bernama David Bonderman. Candaan itu diutarakan dalam rapat pleno mengenai perombakan kultur perusahaan melawan aksi pelecahan seksual. Beberapa jam setelah melontarkan lelucon seksisme itu, Bonderman meminta maaf dan mundur dari jabatannya.
Namun kasus seksisme terbesar yang memukul Uber adalah pengakuan seorang mantan karyawati bernama Susan Fowler. Pada hari-hari pertama ia bekerja, ia mengaku menerima pelecehan seksual dari atasannya. Saat ia melaporkan kejadian yang menimpanya, Fowler malah diabaikan. Dalam
blog yang ia tulis, Fowler menuduh Uber memiliki budaya kerja yang sangat seksisme. Akibat pengakuan Fowler ini, Uber mengadakan investigasi menyeluruh di tubuh internal mereka.
2. Tuduhan Penipuan
Pada Januari 2017, Komisi Perdagangan Federal AS menjatuhi denda kepada Uber karena mereka tidak memberikan upah kepada mitra pengemudi yang sesuai dengan janji mereka di iklannya. Akibat hukuman ini, Uber membayar denda sebesar US$20 juta. Hal ini juga terjadi di New York City, ketika Uber akhirnya membayar puluhan juta dolar AS untuk pengemudi di kota itu karena memberi upah di bawah ambang layak.
Tuduhan serupa juga terjadi ketika Uber ketahuan mengelabui penegak hukum secara sistematis dengan teknologi bernama Greyball. Teknologi itu mereka gunakan untuk mengakali pejabat hukum ketika operasional mereka melanggar peraturan. Greyball ini memakai data geolokasi, informasi kartu kredit, dan akun media sosial, dari individu yang mereka bidik.
3. Kampanye #DeleteUber
Reputasi Uber terpukul berat pada awal tahun ini ketika kampanye #DeleteUber menjadi viral. Kampanye itu muncul karena Uber dituduh memanfaatkan momen mogok bersama para pengemudi taksi umum juga Lyft yang memprotes otoritas bandara New York City menahan imigran Muslim yang hendak masuk ke dalam kota. Akibat kampanye ini setidaknya 500.000 pengguna menghapus akun Uber mereka.
4. Blunder Kalanick
Sebagai CEO, Travis Kalanick jelas berperan besar terhadap kesuksesan bisnis Uber. Namun sebagai individu, ia kadang terkesan tak punya kendali.
Pertama adalah keputusan Kalanick bergabung dalam dewan penasihat Presiden AS Donald Trump. Keputusan itu dihujat karena Uber dianggap mendukung kebijakan Trump yang diskriminatif terhadap kaum minoritas AS. Setelah menerima desakan kuat, ia akhirnya mundur dari dewan tersebut.
Kesalahan Kalanick selanjutnya adalah saat berkonflik dengan pengemudi Uber yang ia tumpangi. Pengemudi yang mengenali Kalanick sebagai CEO Uber lantas memprotes tarif Uber bagi mitra pengemudi.
Sebagai balasan Kalanick malah menghardik. "Beberapa orang tidak bertanggung jawab atas masalah mereka sendiri. [...] Mereka menyalahkan orang lain atas kehidupannya sendiri. Semoga beruntung!"
Kalimat tersebut Kalanick ucapkan sembari membanting pintu mobil. Setelah terungkap ke publik, ia akhirnya meminta maaf dan sebagai pemimpin perusahaan berniat untuk memberikan solusi.
5. Bisnis yang Menghalalkan Segala Cara
Google marah besar karena salah satu rahasia produk Waymo dicuri oleh Uber. Waymo adalah proyek mobil swakemudi Google. Mereka menuduh seorang bekas karyawan mereka bernama Anthony Levandowski yang hijrah ke Uber membawa serta dokumen rahasia itu. Ia lantas menerapkannya ke proyek mobil swakemudi Uber. Tak lama kemudian, Uber memecat Levandowski.
Lyft adalah kompetitor utama Uber di AS. Selama persaingan bisnis, Uber diketahui membuat program rahasia bernama Hell untuk memata-matai Lyft. Program itu mereka pakai untuk membujuk pengemudi Lyft agar pindah ke Uber.
Deretan permainan kotor Uber inilah yang lantas membuat jajaran investor Uber mendesak perubahan pimpinan yang mencemarkan budaya kerja Uber, seperti ditulis
The Guardian.
Uber sendiri merupakan salah satu perusahaan teknologi yang berhasil mendunia. Perusahaan teknologi bidang transportasi ini telah menjangkau puluhan negara dan ratusan kota di Amerika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia.