Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Direktur Utama Tri Indonesia M Danny Buldansyah mengatakan penetapan tarif batas bawah untuk layanan data berdasarkan
yield sulit dilakukan karena tidak semua operator fokus pada penjualan data internet dalam jumlah besar.
Yield merupakan rata-rata pendapatan operator dri tiap
traffic internet yang digunakan. Sebelumnya, Indosat Ooredo mengajukan penetapan tarif batas bawah berdasarkan
yield ini ke Kemkominfo pada Senin (17/7).
Danny menjelaskan, beberapa operator menerapkan strategi pasar yang berbeda untuk layanan internet yang mereka punya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini pula yang menyebabkan penetapan
yield untuk tarif batas bawah semakin sulit, menurut Danny.
“
Yield itu
kan tergantung produknya, makin gede belinya makin murah harganya,” kata dia.
Danny mengatakan, selayaknya pembelian grosir, ketika operator membeli data seluler makin banyak, maka harga per
yield akan semakin murah.
Maka, ketika besaran data yang dibeli operator berbeda akan sulit menyeragamkan tarif bawah berdasarkan
yield.
Di sisi lain, Indosat Ooredo mengakui data yield milik mereka terus turun. Penurunan ini bahkan jauh di bawah Telkomsel dan operator seluler lainnya sejak 2014.
Untuk itu, Indosat berharap pemerintah menetapkan harga batas bawah berdasarkan
yield.
“Indosat bilang ‘ayo dicampur saja, diratakan
yield-nya’. Tapi susah kalau operator yang segmennya besar, (jualan) kuota besar, jadinya yield-nya bakal rendah,” kata Danny.
“Kalau operator yang fokus terhadap yield yang jualannya hanya 200 MB, 500 MB, 1 GB,
yield-nya memang jadi tinggi. Makanya, susah memberlakukan (sama rata),” lanjut Danny.
Di sisi lain, sebelumnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai penetapan batas bawah layanan data operator telekomunikasi tidak dibutuhkan.
KPPU menganggap penetapan batas bawah justru akan memberi dampak buruk bagi industri telekomunikasi dalam jangka panjang yang berentet pada ekonomi nasional.