Jakarta, CNN Indonesia -- Fadjar Hutomo dari Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) mengakui bahwa ekosistem
startup di Tanah Air belumlah terbangun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
startup Indonesia.
"Memang kalau menurut saya ekosistem
startup di Indonesia belum
eksis, justru itu yang kita mau bangun dari hulu ke hilir," ujarnya saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Selasa (26/9).
Lebih lanjut, Fadjar menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan sebuah usaha rintisan tak mampu bertahan. Beberapa diantaranya lantaran kurangnya pengetahuan
engineer muda mengenai masalah yang dihadapi, kurangnya fasilitas, serta minimnya mentor. Kekurangan inilah yang membuat solusi yang diberikan
startup tidak 'tokcer' dan tidak memberikan dampak signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadjar juga menjelaskan ada beberapa tantangan yang saat ini dihadapi
startup Indonesia. Industri digital Indonesia membutuhkan talenta yang memahami permasalahan industri, sistem insentif untuk
angel investor, dan akses pembiayaan bank untuk
startup.
Kurang paham masalah
Fadjar mengakui bahwa generasi muda Indonesia kurang terpapar problem yang perlu diatasi. Padahal, generasi muda yang melek teknologi itu adalah aset yang berharga untuk Indonesia.
"Sayang gitu, bisa jadi karena mereka tidak dapat akses untuk memahami problem di industri itu apa. Selain
consumer problem,
community problem, mereka harus punya akses ke
industrial problem," imbuhnya.
Fadjar juga menyayangkan
startup bahkan yang dibina oleh badan pemerintah juga tidak mampu menjembatani kebutuhan di industri. Oleh karena itu, dia mengharapkan perusahaan-perusahaan atau industri mau mengekspos problemnya agar bisa dicarikan solusinya melalui teknologi.
Insentif untuk investor malaikatBEKRAF memahami seharusnya pemerintah memberikan apresiasi dan kemudahan untuk investor
startup. Dengan tingginya risiko menyuntikkan dana, selayaknya para
angel investor startup mendapat perlakuan berbeda.
"Kenapa mereka disebut
angel kan karena mereka membantu
startup yang risiko matinya sangat tinggi. Mereka ibaratnya seperti malaikat penolong gitu, karena di antara 10 startup hanya 1 yang akan berhasil," lanjutnya.
Saat ini, Bekraf dan Kemenkeu tengah menggodok sistem insentif ini. Sayangnya, belum ada target kapan regulasi mengenainya akan dirilis.
Akses permodalan Umumnya, sebuah
startup dimulai dengan menggunakan modal pendirinya, kemudian mereka mencari
angel investor. Setelah itu,
startup yang beruntung bisa mendapatkan modal dari
venture capital.
Masalahnya, Fadjar menyebutkan, sumber pendanaan untuk membantu pembiayaan industri ekonomi kreatif biasanya datang dari dana perbankan, karena 90 persen lebih dana masyarakat tersimpan di sana. Perbankan tak bisa memberikan modal pada bisnis yang berisiko terlalu tinggi seperti
startup.
Untuk itu, Bekraf mendorong pemikiran masyarakat untuk menjadi
investing society dari
saving society.
Crowdfunding pun bisa membantu Pemerintah untuk hadir menopang
startup.
"Apa yang dibutuhkan untuk permodalan
startup adalah
equity financing,
cold money (investasi jangka panjang). Makanya, yang harus dilakukan adalah ya kita (Bekraf) pelan-pelan dan berkelanjutan, melakukan perubahan kepada masyarakat yang masih menggunakan pemikiran bisnis yang
saving society ke
investing society," pungkasnya.