Jakarta, CNN Indonesia -- Anthony Levandowski adalah seorang multimilioner yang saat ini dianggap sebagai salah satu sosok kontroversial. Tak hanya telah menyebabkan pertengkaran antara dua perusahaan di mana dia pernah bekerja yakni Alphabet dan Uber, dia juga telah membuat agama sendiri.
Belum lama ini, Levandowski mengajukan sebuah dokumen pendirian organisasi ke pemerintah negara bagian California, Amerika Serikat, yang berjudul "Way of The Future" (Jalan Masa Depan).
Tujuan dari pendirian organisasi tersebut salah satunya untuk pendiri "agama" baru. Ia berencana "mengembangkan dan mempromosikan kesadaran figur Tuhan berbasis kecerdasan buatan". Selain itu, organisasi ini juga menyimpan misi untuk ingin berpartisipasi dalam perbaikan masyarakat melalui "pemahaman dan penyembahan terhadap Ketuhanan".
Sebagaimana dilaporkan
Wired, Senin (2/10), Levandowski yang menduduki posisi sebagai CEO sekaligus Presiden
Way of The Future menyebut organisasi yang didirikannya itu sebagai aliran Singularity. Penganut kepercayaan ini meyakini kecerdasan buatan atau AI akan melewati kecerdasan manusia dan mengubah peradaban di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Levandowski meyakini bagi penganut paham dan penyembah AI tergolong sebagai bentuk partisipasi penganutnya untuk mensejahterakan masyarakat.
Perkembangan kecerdasan buatan saat ini menuai banyak pro dan kontra di kalangan pegiat teknologi. Di Sillicon Valley, beberapa perusahaan teknologi raksasa seperti Facebook, Microsoft dan Google sangat mendorong pembangunan AI. Namun ada pula pihak yang percaya AI akan menjadi ancaman kemanusiaan.
Elon Musk sangat vokal akhir-akhir ini mengenai bahaya AI. Dia membandingkan kerja AI dengan "pemanggilan setan" dan memperingatkan berkali-kali bahwa teknologi tersebut memiliki risiko eksistensial terhadap kemanusiaan.
Sementara itu, Levandowski sendiri adalah teknisi yang membuat salinan dari dokumen rahasia Waymo (perusahaan otonom Alphabet). Saat ini, ia sudah hengkang dari Google dan mendirikan perusahaan rintisan sendiri, Otto yang fokus mengembangkan mobil otonom berbasis kecerdasan buatan.
Otto kemudian diakuisisi oleh Uber pada Agustus 2016. Sayangnya, salinan yang dibuat Levandowski membuat Uber dituntut US$1,86 miliar oleh Waymo.