Jakarta, CNN Indonesia -- Gojek dan perusahaan pembayaran Kartuku dikabarkan memiliki kesepakatan senilai US$50 juta dalam bentuk saham dan tunai sejak dua bulan silam. Gojek bahkan disebut-sebut telah mengakuisisi Kartuku.
Ketika ditanyai soal ini dalam kesempatan konferensi pers kolaborasi Gojek dan Pemkab Banyuwangi, CEO Gojek Nadiem Makariem menolak mengomentari hal tersebut.
“Saya enggak komentar soal spekulasi,” ujar Nadiem singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, alumnus Harvard Business School ini banyak mengungkapkan rencana ekspansi Gopay di 2018. Berkat lisensi
e-money yang dimilikinya, Gojek siap menjadi alat pembayaran di luar ekosistem layanan yang disediakan di aplikasi Gojek.
“Nantinya, cita-cita kami Gopay akan diterima di mana uang tunai diterima. Tahun 2018 akan menjadi tahunnya Gopay,” kata dia.
Ketika dikonfirmasi CNNIndonesia.com, CEO Kartuku Niki Luhur tak memberikan responsnya.
Jika benar mengakuisisi Kartuku, besar kemungkinan hal itu berhubungan dengan rencana ekspansi Gopay. Kartuku sendiri adalah penyedia utama pihak ketiga (TPP) dan penyedia layanan pembayaran (PSP), yang menawarkan solusi pembayaran di 156 lokasi di seluruh Indonesia.
Perangkat KartukuKartuku menawarkan produk perangkat keras seperti terminal pembayaran, peralatan akses jaringan, printer kartu dan pembuat enkode. Sedangkan untuk solusi perangkat lunak adalah saklar pemrosesan transaksi,
gateway pembayaran Internet, aplikasi kartu cerdas, dan enkripsi jalur akhir.
Selain itu, ia menyediakan pengelolaan, dukungan, dan pemeliharaan terminal estat; manajemen perangkat lunak; manajemen jaringan dan konektivitas; dan jasa pemrosesan transaksi.
Kendati demikian, Nadiem menyadari bahwa membangun masyarakat tanpa uang tunai tidak mudah. Menurut dia, tantangan utamanya adalah masalah kepercayaan.
“Menurut saya
challenge utamanya adalah
trust. Orang masih belum 100 persen pada
e-wallet walaupun Gopay penggunanya sudah banyak, tetapi masih banyak juga yang belum pakai,” Nadiem bercerita.
(asa)