Rudiantara 'Kejar' BI Percepat Izin E-Money

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jan 2018 13:10 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta Bank Indonesia (BI) membereskan perizinan uang elektronik milik e-commerce.
Menkominfo Rudiantara minta BI mempercepat perizinan uang elektronik milik e-commerce (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta Bank Indonesia (BI) bergerak lebih cepat untuk membereskan perizinan uang elektronik milik e-commerce yang sempat bermasalah. Rudiantara mengungkapkan percepatan tersebut dibutuhkan untuk menyongsong target valuasi e-commerce pada 2020 nanti.

"Kalau kita mau mengejar US$130 miliar pada 2020, semua harus bergerak cepat. Tidak boleh dilambat-lambatin," tukas Rudiantara ketika ditemui di acara ulang tahun ke-8 Bukalapak, Rabu (10/1).

Pria yang akrab disapa Chief RA itu melihat e-commerce sebagai ekosistem yang terdiri dari bermacam sektor pendukung seperti logistik hingga sistem pembayaran. Dia berharap semua sektor pendukung itu bisa berjalan lancar sehingga target ekonomi pemerintah terhadap industri e-commerce tak meleset.
"Ya saya berharap bisa dibantu lebih cepat karena ekosistem kan harus jalan bersama. Tidak bisa sepotong-potong, (nanti) pincang," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokopedia dan Bukalapak adalah contoh e-commerce yang punya dompet digital, namun terkena 'tilang' oleh BI. Fitur isi ulang uang elektronik mereka bersama Shopee dan PayTren dibekukan oleh BI pada tahun lalu. Pasalnya, mereka dianggap belum memenuhi perizinan sebelum beroperasi.

Pendiri sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky berpendapat proses perizinan yang diminta BI terlalu lama. Terhitung sejak 2 Oktober 2017 hingga saat ini fitur isi ulang BukaDompet masih belum bisa digunakan.
Zaky mengaku sampai sekarang belum mendapat informasi sama sekali mengenai pembukaan BukaDompet. Dari kabar terakhir yang dia terima, BI sempat menjanjikan bakal ada pemberitahuan di akhir tahun kemarin.

"Menurut saya sudah terlalu lama dan sejujurnya cukup merugikan ekosistem kami. Pasalnya, UKM kami ini banyak yang pakai BukaDompet," kata Zaky.

Zaky mengklaim pembayaran melalui BukaDompet sebelumnya menempati peringkat kedua setelah pembayaran melalui transfer ATM. Sekitar 20 persen transaksi diselesaikan melalui BukaDompet.

"Jadi ketika BukaDompet ditutup, sekitar 20 persen potensi UKM itu hilang," pungkasnya. (age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER