Jakarta, CNN Indonesia -- Risky Febrian, analis IDC untuk perangkat
smartphone mewanti-wanti kemungkinan pasar
lowend yang jadi andalan Samsung akan terganggu di tahun 2018. Sebab, makin banyak vendor yang bermain agresif di segmen tersebut. Sebab, menurut Risky posisi nomor satu Samsung di Indonesia masih didorong oleh pengapalan ponsel cerdas untuk pasar
lowend dan
midrange."Kalau Samsung ngga hati-hati bisa goyang," jelasnya, saat ditemui
CNNIndonesia.com di konferensi pers IDC di Jakarta, pekan lalu (8/2).
Berdasarkan catatan IDC, tipe
smartphone Samsung yang paling banyak dikapalkan di Indonesia adalah J2 Prime. Ini adalah ponsel di segmen
lowend dengan harga Rp1,5 jutaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, posisi nomor satu Samsung di India sudah digeser oleh Xiaomi di kuartal kuartal empat 2017. Risky menyebut bahwa Indonesia adalah sasaran Xiaomi berikutnya setelah India. Selain itu, banyak vendor
Risky menyebut bahwa 75 persen pasar smartphone Indonesia dikuasai oleh lima besar perangkat
smartphone Indonesia. Ia pun menyebut bahwa dominasi lima merek besar ini makin kuat di kuartal empat 2017.
"Mereka sudah menguasai lebih dari 75 persen si
top five. Data di Q4, top 5 lebih besar lagi. Mereka yang gerakkan
market di Indonesia," tuturnya
Dominasi lima vendor besar ini menurut Risky tak lepas dari pengaruh penerapan TKDN oleh pemerintah.
"Terutama sejak TKDN ini banyak vendor yang berguguran," tukasnya.
Mereka yang lantas hengkang dari pasar ponsel tanah air ini lantaran investasi besar yang harus dikeluarkan untuk bisa memanufaktur ponsel di dalam negeri. Menurut Risky, mereka yang tak kuat modal untuk memenuhi persyaratan TKDN perangkat keras dengan memanufaktur ponsel di dalam negeri itu lantas berguguran.
"Tahun depan TKDN akan naik lagi, yang
top five sudah
established, mereka siap dengan infrastruktur. Akan lebih mudah bagi mereka main di pasar," lanjutnya.
Vendor lokal di lima besarSementara itu, terkait posisi lima besar ini Risky menyebut tak ada perubahan berarti dikuartal empat 2017. Hanya saja ia menyebut ada perubahan posisi dari lima vendor
smartphone besar tersebut.
Dari lima besar itu ia menyebut salah satunya masih dikuasai oleh vendor lokal tanah air. Dalam kuartal sebelumnya, satu-satunya vendor lokal yang masuk dalam posisi lima besar adalah Advan.
Menurut Risky kemampuan Advan memelihara posisinya di lima besar ini lantaran perusahaan tersebut menyediakan perangkat smartphone dengan harga terjangkau dan didukung oleh sistem distribusi yang kuat.
"Mereka punya jaringan menyeluruh bukan di tier satu saja. Mereka punya (distributor) sampai di kabupaten, desa...kalau dilihat diluar daerah Jakarta banyak yang tahu (kalau) Advan (adalah) merek Indonesia, available juga dimana-mana."
Selain itu, Advan juga disebut Risky punya layanan purna jual yang lebih luas dibanding merek lokal lain di Indonesia. Hal inilah yang membuatnya lebih dipilih konsumen.