Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat dari PT International Data Corporation (IDC) menilai investasi Grup Djarum untuk Gojek lebih disebabkan adanya potensi keuntungan di layanan pembayaran perusahaan yakni, Gopay.
Diketahui, Grup Djarum sudah memiliki bank sendiri yakni BCA. Bank itu pun sudah memiliki layanan pembayaran digital seperti Sakuku.
"Saya melihatnya mereka belum tentu menang di
platform war meski mereka punya BCA Sakuku," jelas Senior Research Manager Financial Insight IDC, Handojo H. Triyanto, saat dihubungi via telepon, Rabu (14/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang platform yang dimaksud adalah pelanggan dan
merchant yang bekerjasama dengan Sakuku BCA belum tentu memiliki jumlah yang sama dengan yang menggandeng Gopay.
Sementara banyaknya
merchant yang diajak bekerjasama menjadi daya tarik suatu layanan pembayaran dipakai pengguna. Begitu pula sebaliknya, makin banyak pengguna, maka layanan pembayaran itu makin menarik untuk dijual ke
merchant.
"Daripada mereka tertinggal dan
head to head, lebih baik mereka
invest di Gojek. Kalau Gojek menang, Grup Djarum untung. Kalau Sakuku menang, mereka juga untung," paparnya.
Lebih lanjut, Handojo menyebut bahwa layanan pembayaran memang menjadi titik evolusi berikutnya dari setiap bisnis. Sehingga, konsentrasi Gojek dari bisnis transportasi ke pembayaran adalah sebuah proses alamiah.
Sebelumnya, Djarum mengumumkan bahwa mereka ikut berinvestasi kepada Gojek awal pekan ini (12/2). Namun, grup tersebut tidak menyebutkan nilai investasi yang dikucurkan.
Namun diperkirakan nilai investasi yang dikucurkan Astra dan Djarum tak sebesar investasi tahun sebelumnya senilai US$1,2 miliar (Rp16,2 triliun) yang berasal dari Google, Tencent, JD.com, Temasek, dan Meituan Dianping.
Dalam pengumuman itu disebutkan bahwa Gojek juga akan bekerjasama dengan layanan
e-commerce mereka Blibli.com di sektor pembayaran dan logistik.
(eks/asa)