Data Pengguna Facebook Diperkirakan Disimpan di Rusia

Eka Santhika | CNN Indonesia
Senin, 09 Apr 2018 16:03 WIB
Data Facebook yang bocor kemungkinan disimpan diberbagai tempat di seluruh dunia termasuk Rusia.
Pengungkap skandal Facebook menyebut bahwa kemungkinan data pengguna yang bocor lebih besar dan disimpan di Rusia (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Christopher Wylie, pengungkap skandal penyalahgunaan data Facebook oleh Cambridge Analytica, menyebut bahwa data pengguna itu bisa saja disimpan di Rusia atau berbagai tempat lainnya.

"Ada kemungkinan bahwa data (pengguna FB) ini telah diakses oleh beberapa orang," ujar Wylie pada program itu. "Data itu dapat disimpan di berbagai belahan dunia, termasuk Rusia, mengingat fakta bahwa profesor yang mengelola proses pengumpulan data sering bolak-balik antara Inggris dan Rusia," jelasnya dalam wawancara dengan NBC News, Minggu (9/4).

Profesor yang dimaksud Wylie mengacu pada seorang dosen Cambridge bernama Aleksandr Kogan. Kogan adalah profesor yang menyalahgunakan data pengguna Facebook yang kemudian dijual ke Cambridge Analytica.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengumpulkan data pengguna, ia menggunakan kuis kepribadian di Facebook. Namun, diam-diam ia membagi informasi itu dengan Cambridge Analyitica (CA). CA sendiri yang dikontrak oleh tim pemenangan Donald Trump pada Pemilu 2016 lalu.

Akun terdampak lebih banyak

Pria yang mengaku sempat bekerja sebagai peneliti Cambridge Analytica itu juga menyebut bahwa ada kemungkinan data yang disalahgunakan lebih besar dari 87 juta akun.

"Saya pikir itu bisa lebih tinggi(dari 87 juta pengguna), pasti," ujar Wylie.

Dilansir oleh Cnet, Facebook mengetahui perihal ini sejak 2015, namun tidak menginformasikannya ke publik. Facebook malah mengimbau agar semya pihak yang terlibat menghancurkan data tersebut. Namun, saat ini laporan menyebut tidak semua data itu dihapus.

Ketika ditanya apakah Facebook mampu mengecek berapa orang yang telah mengakses informasi ini, Wylie menyebut kemungkinan data itu telah disalin berkali-kali setelah meninggalkan database Facebook.

"Saya tahu bahwa Facebook sekarang mulai memperbaiki hal itu dan mencari tahu siapa yang memiliki akses kesana dan kemana perginya, tetapi pada ahirnya tidak mampu mengatakan kepada kita bahwa semua data telah dihapus untuk selama-lamanya," dia berkata.

Sebelumnya, Facebook menyebut bahwa angka 87 juta akun pengguna diperkirakan adalah jumlah maksimum yang ditransfer ke Cambridge Analytica. Namun, pihak Cambridge Analytica sendiri menolak bertanggung jawab atas skandal yang menyangkut konsultan politik tim pemenangan Donald Trump pada pemilu 2016 lalu.

Penyalahgunaan data pengguna Facebook ini juga diduga turut memengaruhi referendum Brexit di Inggris. Sementara Kementerian Komunikasi dan Informatika meyebut bahwa kemungkinan data pengguna di Indonesia digunakan untuk kepentingan Pilkada DKI Jakarta. (eks/btg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER