Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan yang diduga membocorkan data pengguna
Facebook,
Cambridge Analytica, menutup usahanya. Hal ini dilakukan lantaran masifnya pemberitaan media belakangan yang membuat perusahaan itu dijauhi oleh bakal klien mereka.
"Karyawan kami yang berdedikasi telah belajar bahwa mereka kehilangan pekerjaan akibat dari peliputan negatif media yang tidak adil."
"Kepungan berita media telah mengusir hampir semua pelanggan dan pemasok perusahaan," jelas perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya jelas kami tidak bisa lagi melanjutkan operasi bisnis perusahaan ini lagi," demikian seperti dikutip The Wall Street Journal.
Perusahaan yang diduga melakukan penyalahgunaan data pengguna Facebook itu menyebut bahwa tuduhan yang dilabeli media kepada perusahaan mereka dilakukan tanpa fakta yang jelas.
"Dalam beberapa bulan terakhir, Cambridge Analytica telah menjadi subjek banyak tuduhan tak berdasar."
Perusahaan itu juga menyebut bahwa meski mereka berulang kali berusaha mengoreksi pemberitaan media tapi tak digubris.
Perusahaan analisis politik itu, bahkan telah menyewa investigator pihak ketiga, Jullian Malins, untuk menyelidiki tuduhan yang salah tersebut. Perusahaan itu menyebut bahwa hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa tuduhan itu tidak dibuktikan dengan fakta.
"Perusahaan telah difitnah untuk kegiatan yang tidak hanya legal, tapi juga diterima secara umum sebagai standar dari iklan online di arena politik dan komersial," jelas persahaan itu dalam pernyataan resminya, seperti dikutip
CNBC, Rabu (2/5).
Cambridge lantas menutup sebagian usahanya lantaran harus membayar biaya hukum atas penyelidikan tersebut, seperti dilaporkan The Wall Street Journal yang pertama kali melaporkan penutupan tersebut.
Dalam pernyataan resminya, Cambridge Analytica menyebutkan bahwa mereka tengah mengajukan pernyataan pailit lantaran ketidakmampuan membayar utang ke pemerintah Inggris. CA juga akan mengurus hal serupa dengan usahanya yang terdaftar di Amerika Serikat.
(eks)