Kurangi Impor Kartu SIM, Operator Bisa Hemat Rp2 Triliun

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mei 2018 10:16 WIB
Menkominfo Rudiantara memperkirakan industri seluler dapat menghemat Rp2 triliun dengan adanya kebijakan kartu prabayar.
Menkominfo Rudiantara memperkirakan industri seluler dapat menghemat Rp2 triliun dengan adanya kebijakan kartu prabayar. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meyakini kebijakan registrasi kartu prabayar dapat menekan pengeluaran operator seluler. Ia memperkirakan industri bisa menghemat Rp2 triliun seiring berkurangnya pembelian kartu SIM.

Menurut Rudiantara, semua operator seluler membeli sekitar 500 juta kartu SIM setiap tahun dari luar negeri.

Sementara harga per kartu SIM berkisar US$0,5 atau sekitar Rp6.500. Dengan perkiraan itu dan asumsi industri bisa mengurangi 50 persen saja belanja kartu SIM, nilai penghematan mencapai Rp2 triliun.
"Penghematan Rp2 triliun ini dibagi, sebagian untuk operator untuk memperbaiki, memelihara, dan membangun jaringan. Sebagian lagi dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk produk," ujar Rudiantara, Kamis (4/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produk yang dimaksud oleh Rudiantara berupa layanan seluler yang lebih tepat guna berdasarkan kebutuhan pelanggannya. Ia mencontohkan suatu operator bisa saja menawarkan produk spesial Hari Kartini kepada pelanggan dengan rentang generasi millenial yang bermukim di kota asal Kartini, Jepara.

"Bisa dengan begitu nantinya," ia menambahkan.

Sejalan dengan itu, Ridwan Effendi dari Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (Pikerti) ITB setuju bahwa akan ada penghematan signifikan dalam kas operator seluler.
Pasalnya, selama ini ia melihat pengeluaran operator untuk belanja kartu SIM dan biaya promosinya sudah berlebihan dan cenderung kontraproduktif.

Ridwan menangkap itu dari gelagat harga kartu SIM yang dipatok operator ke pelanggan yang sangat murah dibanding ongkos yang mereka keluarkan. Bahkan mereka bisa menjual Rp2.000.

"Itu karena mereka memberikan subsidi, belum lagi biaya promosi yang jor-joran untuk kartu perdana," ujar Ridwan melalui telepon.

Saling rebut pelanggan lewat promosi kartu perdana dinilai sudah hampir sia-sia. Menurut Ridwan, selain tekor memberikan subsidi, jumlah pelanggan seluler yang diperebutkan juga cenderung stagnan, hampir mendekati titik jenuhnya.

"Jadi sekarang harus move on, operator harus berpacu di layanan bukan perdana lagi," pungkas Ridwan. (age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER