Jakarta, CNN Indonesia -- Insentif berupa bonus demi mendorong produktivitas sopir ojek online ternyata berujung pada aksi kecurangan. Order fiktif (opik) demi mendongkrak performa agar mendapatkan bonus belakangan kian marak di kalangan sopir ojek online.
Menanggapi beragam kecurangan yang dilakukan mitra pengemudi,
head of public affair Grab Indonesia Tri Sukma Anreianno mengatakan pihaknya aktif mengampanyekan 'Grab Lawan Opik'.
Lewat kampanye itu, Tri mengklaim dalam kurun waktu 12 bulan pihaknya berhasil menurunkan angka kecurangan hingga 80 persen di Indonesia. Sejumlah program dan teknologi dikerahkan untuk memerangi kecurangan opik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak 2017 lewat
platform-nya, Grab telah menginvestasikan teknologi anti kecurangan. Teknologi yang ditanam dalam aplikasi ini bisa mendeteksi kecurangan," ungkap Tri seraya mengklaim pihaknya sebagai pencetus kampanye memerangi kecurangan opik disela konferensi media di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (7/6).
Perusahaan yang didirikan oleh Anthony Tan ini juga disebut kerap memerhatikan bahaya penipuan yang terus berkembang. Tri mengklaim aplikasinya dua kali lebih tangguh dan memiliki kemampuan 12 tahun lebih maju ketimbang kompetitor.
Selain mengembangkan secara internal, ia juga mengatakan pihaknya menggandeng kepolisian untuk menindak lebih dari 10 sindikat penipuan di Indonesia.
"Ibaratnya kecurangan itu adalah virus di komputer yang selalu bervariasi, anti virusnya juga harus diperbarui terus supaya dapat menangkal virus. Mereka (pelaku penipuan) pasti akan mencoba melihat kesempatan dan berevolusi. Tindak kecurangan pasti akan terus berlanjut," imbuhnya.
Upaya lain yang dilakukan Grab untuk memerangi order fiktif yakni 'Fair Play' yang merupakan laporan dari konsumen dan sopir atas kecurangan yang dilakukan oleh sesama sopir.
Dengan cara ini diharapkan sopir yang jujur bisa melaporkan rekannya yang berbuat curang. Pasalnya tidak adil bagi sopir yang bekerja keras demi memenuhi target insentif, sementara ada yang hanya duduk santai menggunakan cara curang.
"Ada hadiah bagi yang melaporkan tindak kecurangan dalam program ini. Sejauh ini sudah ada 9.000 masukan informasi dari sopir dan konsumen," jelasnya.
Sementara cara lain yakni dengan memberikan opsi bagi sopir yang mendapatkan order fiktif dalam aplikasinya. Kebijakan ini diterapkan demi melindungi performa sopir jujur Normalnya, jika sopir membatalkan pesanan maka berdampak pada performa dan insentif, tapi lain halnya jika yang masuk adalah order fiktif.
"Biasanya ada sopir curang yang order fiktif, ordernya malah masuk ke sopir yang jujur. Nah sopir yang jujur ini bisa cancel kalau penumpangnya tidak ada dan sudah menunggu 10 menit, lalu laporkan," ucapnya.
"Normalnya, sopir yang membatalkan pesanan akan terkena penalti. Tapi kalau ternyata ini opik, ya tidak kena penalti dan penilaian performa juga tidak berkurang."
(evn)