Cara Facebook, Twitter, Atasi Iklan, Bot, dan Spam Berbahaya

Eka Santhika | CNN Indonesia
Senin, 02 Jul 2018 16:33 WIB
Facebook dan Twitter berusaha mengurangi upaya penggiringan opini publik lewat informasi palsu lewat iklan, bot, akun palsu, dan spam berbahaya.
Ilustrasi media sosial (LoboStudioHamburg/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya media sosial untuk menjaga platformnya dari upaya penggiringan opini masih terus berlanjut setelah kasus Cambridge Analytica terungkap. Baik penggiringan opini lewat iklan maupun akun palsu dan bot yang menyebarkan spam berbahaya.

Fitur yang dibuat mulai dari transparansi iklan hingga pemberantasan akun spam dan bot. Untuk mengecek berapa banyak sebuah akun Facebook beriklan, pengguna bisa mengunjungi laman akun tersebut dan mengklik "Info dan Iklan".

Di laman tersebut, pengguna bisa melihat iklan apa saja yang tengah dijalankan oleh brand atau laman tertentu. Penayangan bukan hanya pada iklan yang dijalankan di Facebook, tapi juga Instagram, dan produk Facebook lainnya. 
Namun, informasi yang ditampilkan hanya iklan yang tengah saja, tidak seluruh iklan yang pernah dijalankan laman tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait iklan politik, Facebook memperbolehkan pengguna untuk melihat berapa uang yang sudah dihabiskan untuk iklan politik. Mereka juga akan mengungkap iklan apa yang dijalankan di tunjukkan pada negara tertentu.

Twitter juga telah membuka 'Ads Transparency Center'. Lewat fitur ini, pengguna bisa mencari tahu siapa yang beriklan di Twitter dan berapa banyak dana yang digunakan untuk beriklan di platform tersebut. Mereka juga membuat fitur untuk mempermudah pengguna untuk melaporkan iklan berbahaya.

Selain itu, Twitter juga berupaya mencegah penggunaan akun palsu dan bot di platformnya dengan mewajibkan pengguna baru untuk mencantumkan alamat email dan nomor ponsel.

Langkah lainnya adalah dengan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi perilaku tertentu yang dianggap sebagai akun spam dan bot.

"Kami mengutamakan sikap proaktif untuk mengidentifikasi akun dan perilaku bermasalah ketimbang menunggu sampai kami menerima laporan," tulis Yoel Roth, Platform Policy, Twitter dalam blog resmi media sosial itu.

"Kami berfokus pada pengembangan perangkat machine learning yang mampu mengidentifikasi dan mengatasi jaringan akun yang termasuk ke dalam kategori spam dan bot secara otomatis."

Hasilnya, Twitter mengaku telah menindak lebih dari 9,9 juta akun spam atau bot per minggunya. Angka itu naik dari 6,4 juta pada Desember 2017 dan 3,2 juta pada September di tahun yang sama. Tidak jelas tindakan apa yang diterapkan.

Namun Twitter juga menyebut telah menghapus sebagian dari akun bot dan spam yang ditindak itu. Angka penghapusan akun bot dan spam meningkat 214 persen dibanding tahun lalu, tanpa menyebutkan berapa jumlah persis akun yang dihapus. (eks)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER