Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Facebook
Mark Zuckerberg dilaporkan memberi selamat kepada Presiden Amerika Serikat (AS)
Donald Trump setelah dirinya memenangkan Pemilu AS. Ucapan selamat itu ditujukan atas kemenangannya dan atas kesuksesan kampanyenya yang didukung dengan iklan jutaan dolar di
Facebook. Ia bahkan menyebut bahwa iklan kampanye Trump sangat inovatif.
Tim Facebook juga dikabarkan tertarik dengan cara tim kampanye Trump dalam melakukan kampanye lewat iklan di Facebook. Facebook bahkan memasukkan kampanye Trump dalam daftar yang mungkin akan diundang ke kantor Facebook. Undangan ini dimaksudkan untuk melakukan tukar pikiran untuk meningkatkan strategi iklan di platformnya.
Meski pada akhirnya, Facebook tidak mengundang siapapun dari tim kampanye Trump maupun Hillary. Hal ini diungkap berdasarkan sumber dan dokumen yang didapat oleh BuzzFeed. Saat dikonfirmasi, Facebook menolak untuk memberi komentar. Gedung Putih pun tak memberi respon saat dihubungi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber
BuzzFeed menyebut bahwa Facebook sempat merayakan secara internal dan menyebut bahwa kampanye Partai Republik merupakan salah satu cara paling imajinatif dalam menggunakan platform iklan Facebook.
Perusahaan teknologi itu juga menyebut bahwa Trump berhasil menggunakan platform Facebook dengan sangat baik untuk mendapatkan pengaruh. Namun, Facebook enggan untuk mengakui secara terbuka mengenai hal ini.
Dalam wawancara terpisah dengan mantan staf kampanye dan mantan pegawai Facebook, mereka juga menunjukkan memo perusahaan yang menyebut bahwa Facebook memandang kampanye Trump sebagai inovator atas pendekatan pemasaran yang cepat dan berorientasi pengetesan di Facebook.
Memo tersebut juga mengindikasikan agar Facebook belajar untuk memperbaiki model pemasaran berdasarkan kampanye Trump, "Tes, Pelajari, Adaptasi".
Belakangan Facebook banyak mendapat kritis terkait dengan penggunaan data pengguna yang dianggap kurang bertanggung jawab. Pasalnya perusahaan analisa data Cambridge Analytica menyalahgunakan data pengguna Facebook yang dikumpulkan oleh profesor Kogan lewat aplikasi kuis kepribadian di Facebook.
Facebook sendiri memperbolehkan pengumpulan data pengguna semacam ini. Meski belakangan menyebut bahwa pihaknya sudah mulai menertibkan pengumpulan data pengguna sejak 2014. Data pengguna ini lantas dipakai untuk merancang iklan kampanye Trump di Facebook kepada warga AS.
(eks)