Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat media sosial Ismail Fahmi membeberkan soal siapa saja yang bertarung terkait
polling pasangan Capres dan Cawapres pilihan untuk
Pilpres 2019.
"Dari SNA (
social network analysis) dan analisis topik ini saya jadi paham. Kubu yang satu ternyata sedang menjalankan misi memenangkan Jokowi dalam 80 polling. Kubu satunya sedang melaporkan dan curiga kalau
polling-polling yang awalnya mereka menangkan ternyata kalah dalam
injury time (detik-detik terakhir)," jelas Ismail ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (15/8).
Hal ini ia simpulkan berdasarkan pengamatan menggunakan
software pengumpul percakapan Drone Emprit pada tagar #JokowiMenang80Polling. Tagar ini sempat menjadi tren pada Selasa (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Facebook]Dari hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa Tagar tersebut menjadi
trending dengan mendapat 397 mention. Ismail pun mengamati kata kunci lainnya 'robot polling'. Kata kunci ini hanya mendapat 94 mention.
Lantas ia membongkar siapa saja yang mencuitkan tagar ini. Menurutnya, #JokowiMenang80Polling digunakan oleh akun-akun pendukung Jokowi Maaruf seperti @DukungCakimin, @Kuwera_ID. Cuitan dari @biawak_buas mendapat paling banyak retweet sehingga memviralkan tagar tersebut.
"Dari tebel
most retweeted untuk #JokowiMenang80Polling, user biawak_buas menampilkan sebuah video berisi berbagai polling yang dimenangkan oleh JKW-MA, dan PAS kalah telak," jelasnya.
Di sisi lain, kubu Prabowo-Sandiaga mengangkat topik terkait robot
polling. Topik ini dicuitkan oleh akun @RestyCayah yang menjadi pemimpin opini (
key opinion leader) dan cuitan dari @Elang_Sutajaya1 yang mendapat paling banyak
retweet.
"Sementara dari tabel
most retweeted untuk 'Robot Polling', user Elang_Sutajaya1 menampilkan
screenshot bukti bagaimana dari waktu ke waktu sebuah
polling dimana PAS menang telak, lalu pada waktu tertentu dengan cepat berbalik JKW-MA yang menang."
Selain itu, mereka juga mengilustrasikan akun-akun bot ini dengan meme yang akhirnya menyebar di jagat maya.
Lebih lanjut, Ismail menuturkan bahwa
buzzer yang melancarkan serangan pemenangan cuitan ini memiliki puluhan ribu hingga ratusan ribu akun robot. Pada saat sebuah
polling Twitter dilakukan, mereka akan menentukan target
polling yang akan disasar. Pada saat yang tepat, ribuan atau puluhan akun digunakan untuk
nge-vote salah satu target jajak pendapat.
"Dan yang kritis adalah saat-saat menjelang
voting berakhir. Mereka mengerahkan sisa kekuatan untuk mendapatkan hasil
vote tertinggi," tuturnya.
Sehingga, kubu yang tidak siap dengan robot, dan hanya mengandalkan
user natural, pasti tidak akan bisa mengejar dalam waktu hanya beberapa menit saja. Sebab, perilaku
voting yang dilakukan oleh pengguna sesungguhnya tidak langsung mencuat secara tiba-tiba.
Hal itu, kata dia, hanya bisa terkumpul perlahan dalam jangka waktu tertentu.
(eks/asa)