CEO Berniat Rombak Twitter Usai Gaduh Konten Negatif

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Jumat, 17 Agu 2018 11:11 WIB
CEO Twiter Jack Dorsey berniat merombak Twiter usai layanan mikroblogging tersebut menjadi platform menyebar konten negatif.
CEO Twitter Jack Dorsey. (Foto: Drew Angerer/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ujaran kebencian, perundungan, dan berita palsu yang banyak berseliweran di Twitter membuat sang CEO Jack Dorsey berencana melakukan perombakan fitur.

Dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post pada 15 Agustus 2018 kemarin, Dorsey menuturkan dia sedang bereksperimen dengan sejumlah fitur yang bisa meredam misinformasi dan ruang gema di linimasa Twitter.

"Hal yang paling penting kami bisa lakukan adalah mencari insentif pada produk yang kami buat. Karena mereka menampilkan sudut pandang yang kami inginkan dari orang-orang dan saya rasa itu tidak tepat lagi," kata Dorsey.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bentuk alternatif yang Twitter sedang lakukan adalah membuka kemungkinan melabeli akun bot, mendesain ulang fungsi tombol 'like' serta tampilan jumlah 'follower' pengguna.

Seperti Facebook dan Google, masalah di Twitter adalah ujaran kebencian dan konten negatif yang bisa dengan mudah tersebar. Sebuah tweet yang berisi informasi tak akurat bisa dengan mudah tersebar lewat sebuah retweet dari influencer.

Contoh perkara yang jadi pekerjaan rumah Twitter saat ini adalah akun milik Alex Jones. Jones merupakan figur yang kerap melempar konten teori konspirasi yang kebenarannya tidak teruji.

Situasi yang tak kalah pelik yang dihadapi Twitter adalah rentetan tweet kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Meski ucapan Trump seringkali menimbulkan kegaduhan, Twitter tak terlalu berdaya karena pihaknya menilai komentar-komentar Trump tersebut bernilai dan bisa menjadi jendela bagi publik terhadap cara berpikir pemimpin dunia.

Dorsey mengatakan pihaknya belum mengubah nilai utama Twitter yakni mendorong orang-orang berinteraksi. 

"Kami sering beralih ke kebijakan guna memperbaiki masalah-masalah ini, tapi saya pikir ini cuma gejala di permukaan," ucap Dorsey.

Salah satu kemungkinan alternatif yang sedang dijajaki oleh Twitter saat ini adalah mengelilingi tweet bernada negatif dengan konteks faktual. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER