Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai inisiatif
Twitter untuk membersihkan akun bot bisa jadi tidak efektif. Hal ini melihat masih banyaknya akun
bot yang digunakan untuk membentuk opini publik lewat
media sosial.
"Kenyataannya sampai sekarang masih ada dan tiap hari bermunculan," jelas Jose Rizal, sirektur lembaga pengamat percakapan media sosial Politica Wave, saat dihubungi via telepon oleh
CNNIndonesia.com, Kamis (16/8).
Hal senada diungkap oleh pengamat media sosial lainnya, Ismail Fahmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepertinya memang tidak efektif. Sebab, masih banyak buktinya
bot. Twitter juga
ngga pengen penggunanya berkurang
kan? Nanti saham mereka gimana?" ujarnya saat ditemui Kamis (15/8).
Menurutnya, di Indonesia
bot memang masih banyak digunakan. Jika seorang melakukan "ternak"
bot ia bisa memegang puluhan bahkan hingga ratusan
bot.
"Bisa
unlimited, sekuatnya aja," tambah Ismail lagi.
Kedua pernyataan itu dilontarkan menanggapi maraknya isu
bot yang digunakan oleh sejumlah tim pendukung pasangan Capres dan Cawapres untuk saling memenangkan hasil
polling di Twitter.
Padahal sebelumnya Twitter sempat mengumumkan bahwa mereka telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendeteksi dan menghapus akun-akun
bot ini.
Tak ada tim teknisJose lantas menyebut kemungkinan kalau kebijakan itu tak efektif diterapkan di Indonesia. Sebab, Twitter tak memiliki tim teknis di Indonesia.
"Setahu saya Twitter tak punya tim teknis di Indonesia. Kalau tidak punya tim di Indonesia, mereka tidak paham bahasa Indonesia. Sehingga tak bisa mengenali
pattern bot di Indonesia [...] Mengenali
pattern bot harus paham bahasanya," jelasnya lagi.
"Inisiatif mereka untuk memberantas bot dan hoaks hanya bisa dilakukan jika mereka
ploting (menempatkan) orang di Indonesia," tandasnya.
Selain itu menurut Jose saat ini perilaku akun bot di Indonesia sudah berubah. Jika dulu akun ini punya profil yang sederhana, tak menggunakan foto profil, dan
follower-nya masih kecil. Saat ini mereka sudah membentuk profilnya seperti orang dan aktif melakukan aktivitas di Twitter.
"(Ciri lainnya) misal postingan banyak tapi
full retweet, ada kode tertentu dalam
posting ada simbol tertentu di akhir cuitan. Kodenya ini seperti (kata)
null (atau) angka 1,2,3, atau dicuitkan dari aplikasi
bot tertentu," jelas Jose lagi.
Sejak dihubungi pada Kamis (15/8) petang, pihak Twitter Indonesia masih belum memberi tanggapan terkait pemberantasan bot di Indonesia.
(eks)