Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai perang bot pada
polling pilihan Capres dan Cawapres untuk
Pilpres 2019 yang digelar di
Twitter digunakan untuk bersaing untuk menangkan perang psikologis.
Sebelumnya, kedua oleh kubu Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi yang akan berlaga di Pilpres 2019 saling tuding bahwa pihak lawan menggunakan bot untuk memenangkan polling di Twitter.
"Polling di medsos seperti di Twitter dan FB ini tidak ilmiah dan tak bisa dipertanggungjawabkan. Namun ada gunanya, yaitu untuk psy-war," jelas pengamat media sosial, Ismail Fahmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ismail berpendapat jika banyak polling dimenangkan oleh pasangan calon tertentu, hal ini bisa memberi kemenangan psikologis.
"Khususnya yg dibuat oleh figur terkenal, kalau hasilnya di-
screenshot dan di-
share akan bisa mempengaruhi sebagian publik. Meyakinkan mereka bahwa banyak orang telah memilih kubu X atau Y," paparnya lagi.
Meski demikian, menurutnya jika cara pemenangan polling ini dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, maka hal malah bisa berdampak sebaliknya.
Kredibilitas jajak pendapat itu menjadi tidak bisa dipercaya. Sehingga tidak akan berdampak apa-apa bagi publik karena tahu kalau bahwa kemenangan itu bukan menggambarkan hal yang sebenarnya.
"Efeknya, hanya menghabiskan duwit yang pesan robot aja," tukasnya.
Terkait fenomena perang menang polling di Twitter ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut berkomentar. Menurutnya, berdasarkan pengalamannya di Pilkada Jabar kemarin perang pemenangan polling ini kurang ilmiah.
(eks)