Bicara performa, tak ada yang impresif dari Galaxy A6+. Samsung mengawinkan prosesor Qualcomm Snapdragon 450 dengan clocking 1,8GHz yang terhitung 'ketinggalan zaman' untuk ponsel seharga Rp4,1 juta.
Meski demikian, kekecewaan terhadap harga yang terlewat tinggi masih bisa ditutupi dengan sistem 'tambal sulam' khas Samsung. Tampilan antarmuka khas seri S membuat suksesor seri A bisa beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lain, atau membuka beberapa aplikasi sekaligus tanpa merasa 'kedodoran'.
Sulit dipungkiri performa Galaxy A6+ memang tak bisa dikatakan impresif, namun terhitung lebih efisien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat
CNNIndonesia.com menjajal streaming video secara simultan selama satu jam, ponsel sesekali masih mampu dipakai untuk membuka aplikasi lain atau sekedar mengecek notifikasi masuk tanpa ada lag berarti. Tak hanya itu, meski menggunakan material logam namun bagian belakang ponsel tak membuatnya terasa panas. Hanya sedikit berat jika dipegang cukup lama.
Untuk urusan dapur, tak lengkap jika tak mempersoalkan kinerja baterai. Bekal baterai berkapasitas 3.500 mAh membuat pengguna mempunyai cukup belal untuk digunakan selama seharian.
Dalam kondisi baterai terisi penuh,
CNNIndonesia.com menjajalnya sebagai pemancar sinyal internet untuk perangkat lainnya. Dengan kondisi ponsel sebagai sumber hotspot bagi dua perangkat, baterai Galaxy A6+ hanya berkurang kurang dari 40 persen setelah dipakai selama tiga jam dalam kondisi sinyal 4G/ LTE stabil di kecepatan unduh 16,5 Mbps dan unggah 28,5 Mbps dengan latensi 20 milidetik.
Bahkan setelah digunakan seharian penuh untuk
tethering, streaming, dan berfoto, baterai ponsel masih tersisa sekitar 15-20 persen di penghujung hari. Dengan kata lain, pengguna tak perlu selalu membawa power bank atau kabel untuk sesekali mengisi baterai yang telah 'lelah' dibebani beragam tugas.
Hanya saja, pengguna harus bersabar untuk bisa mengisi kembali baterai ke kondisi penuh. Pasalnya, butuh waktu sekitar tiga jam untuk mengisi baterai yang terkuras habis hingga bisa terisi 100 persen.
Kesimpulan
Sebagai 'penyambung lidah' pengguna ponsel segmen murah yang ingin naik kelas, Galaxy A6+ layak masuk dalam daftar antrian. Meskipun prosesor yang dipakai terhitung lawas dengan harga jual terlalu tinggi, namun kehadiran fitur lain membuatnya bisa dimaafkan.
Kinerja baterai dan kemampuan fitur Bixby vision (tergantung koneksi internet)membuat Galaxy A6+ seakan tak memiliki pesaing di kelasnya. Hasil kamera juga bisa diandalkan, terlebih bagi penyuka bokeh dan low light.
Hanya saja, kemampuan isi ulang baterai terhitung sangat lamban - meski sudah menggunakan kabel dan konektor bawaan tetap butuh waktu lama.
Spesifikasi
Sistem operasi: Android 8.0 (Oreo)
Cipset: Qualcomm SDM450 Snapdragon 450
Prosesor: Octa-core 1,8 GHz Cortex-A53
Memori: RAM 3/ 4 GB, internal 64 GB, slot micro SD hingga 128 GB
Kamera: Depan 24 MP, f/1.9, 27mm dan belakang dual: 16 MP, (f/1.7, 26mm, PDAF), 5 MP, f/1.9, depth sensor, LED flash, panorama, HD,
Dimensi: 160,2 x 75,7 x 7,9 mm
Bobot: 186 gram
Harga: Rp4,1 juta
(evn)