Jakarta, CNN Indonesia -- Popularitas gim
Fortnite sepertinya sudah mencapai titik puncak. Pada Juli 2018 pendapatan Fortnite hanya meningkat dua persen dibandingkan Juni 2018.
Sejak dirilis pada Juli 2017, Fortnite telah mencetak pendapatan lebih dari US$1 miliar atau sekitar Rp14,98 triliun. Peningkatan dua persen ini bisa dibilang pendapatan yang paling mengecewakan.
Dilansir dari
AFP, pendapatan yang mandek ini menjadi pertanyaan karena Epic Games selaku pengembang Fortnite baru saja merilis "battle pass" yang berbayar. Gim Battle Pass menawarkan peralatan dan pakaian baru bagi avatar pemain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fitur ini membawa pertanyaan seberapa lama Epic Games bisa membuat para pemain untuk mengeluarkan uang untuk aksesoris untuk mempercantik avatar. Epic Games terus-terusan membuat konsumen membayar untuk aksesoris tanpa adanya perubahan dari sisi gameplay.
Mandeknya pendapatan ini menimbulkan keraguan supremasi Fortnite di gim bergenre battle royale. Para ahli juga mengatakan Epic Games perlu menjawab keraguan agar berhasil merencanakan ekspansi.
Meskipun gim batte royale ini
free to play, pengembang Fortnite, Epic Games sukses mendapatkan pemain untuk membayar agar bisa mendapatkan item premium.
"Epic Games telah membuat banyak kesalahan yang dapat menjatuhkan mereka dari puncaknya, pemain bisa lelah jika permainan tidak berevolusi dan ada terlalu banyak perubahan kosmetik," kata Presiden Perusahaan Konsultan Gozulting Frederic Gau.
Epic Games juga harus waspada dengan kehadiran gim franchises Fifa dan Call of Duty: First Person Shooter yang telah bertahan bertahun-tahun. Belum lagi gim Fortnite yang bergenre "battle-royale" memang dianggap banyak gamer adalah gim opsi kedua bukan yang utama.
"Bagi banyak orang itu (battle-royale) adalah gim kedua mereka. Itu bukan pertanda baik bagi Fortnite karena gamer kembali ke gim favorit mereka," kata Gau.
Di China, Epic Games didukung oleh perusahaan Tencent yang merupakan pengembang gim ponsel dan WeChat mesenger. Dukungan Tencent ini merupakan keuntungan besar unutk menembus pasar di China.
"Keberhasilan di China akan menunjukkan apakah Fortnite akan terus tumbuh sebagai permainan untuk masyarakat umum. Itu juga bisa sangat membantu jika berkembang di eSports," ujar Gau
Demi memperkuat popularitas Fortnite, Epic Games berinvestasi US$100 juta atau sekitar Rp1,49 triliun dalam kompetisi gim eSports.
China sendiri memiliki potensi besar untuk bertumbuh dari segi gamer ponsel maupun eSports. Tencent sendiri telah memiliki 10 juta pemain.
"Ponsel pintar sekarang mewakili 50 persen dari pendapatan video game global dan China mewakili setengah dari pasar itu. Hari ini orang China kebanyakan main di smartphone," ujar Konsultan IDATE Digiworld, Laurent Michaud.
"Seratus juta dolar hadiah uang tunai tampaknya banyak, tetapi hadiah untuk setiap kompetisi tidak sebesar itu," kata, Kepala Telekomunikasi, Media, dan Riset Industri Teknologi Fitch Solutions Andrew Kitson
Epic Games dianggap belum bisa membawa inovasi terbaru kepda Fortnite. Gim saingannya seperti Dota maupun League of Legends secara konsisten terus memperbarui gim.
"Epic games harus belajar banyak agar bisa membuat yang lebih baik lagi," ujar Kitson.
(age)