Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertahanan (
Kemhan) mengatakan jumlah serangan peretasan terbanyak ke institusinya berasal dari
Amerika Serikat dan
China. Namun, tudingan ini masih berdasarkan perkiraan kasar. Sebab, sudah menjadi praktek yang lumrah jika peretas memalsukan alamat IP (
internet protocol) mereka di server
proxy.
"Yang menyerang paling banyak itu dari China dan Amerika, itu di luar menggunakan proxy palsu untuk menyembunyikan alamat IP (sebenarnya)," kata Kepala Pusat Pertahanan Siber Kementerian Pertahanan Marsekal Pertama Raja Manalu di sela-sela acara Indo Defence di Jiexpo, Jakarta Pusat, Rabu (7/11).
Raja yakin saat peretas beraksi pasti mengelabui sasarannya dengan memalsukan alamat IP mereka. Ia menyebut tak mungkin peretas memberikan alamat identitas IP mereka dengan cuma-cuma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi itu tadi saya meyakini itu banyak yang pakai
proxy. Tidak mungkin
hacker kasih tau lokasi dia di mana. Jadi kalau saya di sini sekarang dan menyerang Amerika, secara maya saya cari server di Afrika sehingga Amerika mencatat titik
hacker dari Afrika," katanya lagi.
Raja mengakui perang dengan para peretas di dunia digital ini tidak akan habisnya. Para peretas ini selalu berkembang dengan menggunakan aplikasi yang berkembang.
Pihak yang bertahan harus selalu memperbarui sistem pertahanannya agar tidaka ada sela yang bisa dimanfaatkan oleh peretas.
"Perang siber itu seperti kita itu kejar-kejaran dan dengan
hacker dengan selalu ada teknologi dan virus baru," kata Raja.
(jnp/eks)