Perempuan Pemilik Tas Debu Bulan Kembali Tuntut NASA

CNN Indonesia
Jumat, 25 Jan 2019 12:40 WIB
Seorang perempuan di AS menuntut NASA karena telah merobek tas yang sempat membawa sampel debu Bulan dan membuat harga tas itu turun di lelang.
Seorang wanita menuntut NASA karena merusak tas yang sempat dipakai Neil Armstrong dkk membawa sampel debu Bulan saat mendarat di Tranquility tahun 1969 (WikiImages/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perempuan yang memiliki tas yang sempat digunakan untuk menampung sampel debu Bulan menuntut NASA. Nancy Lee Carlson menuntut karena menurutnya NASA telah merusak tas yang sempat dibawa oleh Neil Armstrong dkk menggunakan Apollo 11 itu.

Carlson berhasil melelang tas itu senilai US$1,8 juta dolar (Rp25,4 miliar). Namun, ia sebenarnya berharap nilai lelang barang itu bisa mencapai US$4 juta dolar. Padahal ia membeli barang itu senilai US$995 pada lelang di tahun 2017.

Wanita yang berdomisili di Illinois ini menuduh NASA telah merusak serat tas itu dan menimbulkan robekan saat badan antariksa AS itu melakukan penelitian debu Bulan yang tersangkut di bagian dalam tas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu ia menggugat NASA untuk mengembalikan serat berisi serbuk bulan yang ada di tas itu ketika misi Apollo 11 kembali ke Bumi atau memberikan kompensasi setimpal atas sampel debu yang sudah dilepas NASA.

Minta NASA meneliti

Seteru Carlson dan NASA berawal ketika perempuan itu membeli tas berukuran 29 sentimeter yang bertuliskan "tas sampel Bulan (saat) pulang" seharga US$995 pada Februari 2015. Tas ini ia dapat dari lelang yang dilakukan oleh Layanan Marsekal AS di Texas.

Ketika memenangkan lelang, ia tak mengetahui sejarah dari tas tersebut. Saat itu ia hanya diberi tahu kalau tas itu telah dicuri oleh seorang kurator museum yang diduga juga melakukan artefak luar angkasa lain yang digunakan pada penerbangan misi Apollo 11.

Untuk menyelidiki kebenaran sejarah tas itu, Carlson meminta bantuan Ryan Ziegler dari Johnson Space Center di Houston untuk melakukan penyelidikan. Mereka lalu mengetes noda yang terdapat di bagian dalam tas.

Proses inilah kemungkinan membuat tas mesti dirobek. Hasil penelitian menyebut bahwa debu yang ada di dalam tas memang berasal dari landasan Tranquility, tempat mendaratnya misi bulan pertama, Apollo 11.

Ritsleting tas ini juga terbukti dipakai untuk mencegah kontaminasi dari contoh debu bulan yang dibawa Neil Armstrong dalam pendaratan pertama mereka di Bulan pada 1969.

NASA menolak permintaan Carlson yang sudah diajukan berulang kali untuk mengembalikan tas tersebut karena mereka mesti menuliskan catatan artefak atas tas tersebut terlebih dulu.

Robekan inilah yang menurut Carlson telah menurunkan nilai barang itu. Kini ia menuntut NASA atas tuduhan pengerusakan ini.

Tuntutan kedua

Ini bukan kali pertama Carlson berurusan dengan peradilan NASA. Sebelumnya, ia sempat menggungat badan antariksa itu lantaran tak kunjung mengembalikan tas yang tengah dalam penelitian itu meski sudah diminta berulang kali.

Sehingga Carlson menuntut NASA di dua tempat, Texas dan Kansas. Pada Februari 2016, hakim Kansas memutuskan bahwa pemerintah AS tak sengaja menjual tas itu di lelang. Sehingga, Carlson yang dinamai sebagai pembeli dengan tujuan baik berhak memiliki tas itu. Pada 20 Juli 2017, tas itu dilelang di rumah lelang Sotheby. Carlson berhasil mendapat US$1.812.500, padahal rumah lelang itu memperkirakan tas itu bisa dihargai US$4 juta.

Atas peristiwa ini Carlson mendaftarkan gugatan baru bagi NASA dengan tuduhan merusak tas debu Bulan ketika menjadi miliknya. Kecerobohan NASA telah membuat nilai pasar tas tersebut berkurang. Tuntutan ini ditujukan kepada pemerintah AS, NASA, dan kurator Apollo 11 Ryan Ziegler. Gugatan ini telah didaftarkan di pengadilan Kansas pada 18 Januari lalu, seperti ditulis Collect Space.

Peristiwa ini telah menyebabkan "penghinaan, rasa malu, tekanan emosional, dan kecemasan," bagi Carlson. Sehingga ia sekaran gmencari imbalan keuangan atas hilangnya pendapatan, pengeluaran atas kasus hukumnya, dan kompensasi atas tekanan emosionalnya, seperti dilansir Gizmodo. (eks/eks)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER