Selain desain dengan paduan warna yang mencuri perhatian, saat dilihat dari belakang tiga kamera Oppo R17 Pro yang dibuat berjejer di bagian atas tengah menjadi nilai tambah. Ketiga kamera masing-masing hadir dengan sensor 12 MP dengan IOS, 20 MP, dan kamera 3D. Ditambah sebuah kamera 25 MP di bagian depan.
Di atas kertas, Oppo menjadikan kamera belakangnya sebagai andalan di kondisi minim pencahayaan. Kamera utama dibekali sensor 12 MP dengan sensor OIS, bukaan lensa f/1.5 dan f/2.4. Berbeda dengan kamera ponsel besutan kompetitor yang menyediakan opsi pengaturan aperture secara manual, pengguna Oppo R17 Pro harus puas dengan pengaturan otomatis. Pengguna harus pintar-pintar bermain dengan sudut pencahayaan untuk mendapatkan hasil foto yang diharapkan.
 Hasil foto kamera belakang dengan mode 'potrait' . (Foto: CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |
Untuk kamera kedua membuat objek foto memiliki latar buram. Sensor kamera kedua hadir dengan 20 megapiksel dengan aperture f/2.6 dan latar buram. Sementara kamera ketiga dinamakan kamera 3D time-of-flight atau ToF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ponsel ini sebenarnya dibekali mode pengaturan 'expert', namun sebatas perubahan pada white balance, exposure, manual focus, ISO, dan shutter speed. Kendati tak bisa disandingkan dengan kamera profesional, kemunculan pengaturan ala 'ahli' ini cukup untuk sedikit otak-atik hasil foto.
 Hasil foto luar ruangan kamera belakang. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
CNNIndonesia.com mencoba menggunakan kamera saat malam hari atau ditempat gelap, harus diakui jika ponsel ini menawarkan detail warna yang cukup konsisten. Ditambah auto fokus dan OIS yang bisa mengunci objek dengan cukup akurat.
Oppo mengklaim ponsel terbarunya ini sebagai jagoan malam. Meski terasa berlebihan, tak dipungkiri jika hasil foto saat malam hari atau kondisi gelap melampaui ekspektasi. Ketika menggunakan mode 'auto' dan 'night', hasil foto tetap layak diacungi jempol.
 Kamera belakang di dalam ruangan. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
 Hasil foto kamera belakang. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Satu hal yang menjadi catatan yakni hasil foto masih banyak noise-- bahkan ketika memotret di tempat terang. Ketajaman objek dan paduan warna menjadi nilai tambah yang harus diperhitungkan. Kemunculan teknologi kecerdasan buatan kurang dimaksimalkan, sebatas untuk mendeteksi wajah demi terlihat mulus.
Hal lain yang perbedaannya cukup signifikan terlihat ketika mengaktifkan mode HDR. Di satu sisi, mode ini bisa memperkuat detail, namun sekaligus membuat objek terasa
overexpose.
 Hasil foto kamera belakang malam hari. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
 Hasil foto luar ruangan. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Ketika menjajal mode bokeh, hasilnya jauh berbeda dibandingkan sensor kamera utama. Bagian latar yang di-blur terasa berantakan dan detail yang tidak fokus. Satu hal yang membuat aneh yakni ketika mengaktifkan mode potrait untuk memotret objek manusia. Hasil foto membuat wajah terlihat mulus, bahkan ketika mode beauty tidak diaktifkan.
Untuk kamera depan, paduan warna dan detail dari bidikan sensor 25 MP bisa diandalkan saat bepergian sendiri. AI membuat warna kulit terlihat lebih mulus, meski tak jarang terkesan berlebihan. Hasil foto bisa sedikit diakali dengan mengaktifkan mode HDR.
 Hasil foto kamera depan di tempat minim pencahayaan. (Foto: CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |