Jakarta, CNN Indonesia -- Sosok
hologram para Master Jedi muncul dalam rapat Order Jedi untuk menabiskan Anakin Skywalker menjadi seorang 'kesatria'. Master Jedi yang hadir dalam bentuk hologram ini tetap bisa melakukan komunikasi dua arah tanpa terkendala apapun.
Perbedaan hanya terdapat dalam fisik yang tidak berada dalam lokasi tersebut. Potongan adegan dalam film fiksi
Star Wars episode II: Attack of the Clones tersebut ternyata menjadi kenyataan.
Majunya perkembangan teknologi saat ini memungkinkan sosok hologram menggantikan fisik seseorang dalam berbagai kesempatan. Salah satu operator telekomunikasi di Indonesia telah melakukan uji coba hologram ala Star Wars.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Jaringan
XL Axiata Yessie D Yosetya muncul dalam ruang konferensi pers dalam bentuk hologram bak Master Jedi. Dia memberikan sambutan kepada para tamu yang hadir sembari menjelaskan sekilas tentang teknologi hologram yang dia gunakan.
"Jika sebelumnya kami melakukan uji coba 5G dengan fokus pada kecepatan. Maka kami akan melakukan uji coba dengan fokus latency. Maka kami lakukan dengan media hologram," ujar Yessie dalam bentuk hologram, Rabu (21/8).
Komunikasi dua arah pun terjadi cukup baik ketika melakukan uji coba. Yessie yang hadir dalam bentuk hologram responsif ketika diberikan pertanyaan. Dia pun menegaskan bahwa sosok hologram tersebut berhasil dihadirkan dengan kebutuhan bandwidth yang lebar dan besar. Sehingga latency bisa diminimalisir hingga di bawah 1
milisecond.
Bandwidth besar, latensi kecil. Dua kunci penting sukses jaringan 5G.
Dua hari sebelumnya pun, Smartfren telah terlebih dahulu melakukan uji coba 5G. Namun, operator grup Sinarmas ini melakukan uji coba 5G pada industri manufaktur.
Uji coba 5G Smartfren dilakukan dengan memasang kamera 360 derajat di jalur logistik pengiriman barang PT Sinarmas Agro Resources and Tech Tbk. Kamera ini telah terhubung dengan jaringan 5G dan menghubungkan tampilan kamera ke headset
virtual reality secara
real time.
Keseluruhan proses pengoperasian penyimpanan barang di pabrik ini telah dilakukan menggunakan robot. Dengan menggunakan headset VR, pengguna seolah berdiri di tempat kamera terpasang sehingga bisa langsung memantau area logistik.
"Bayangkan jika skala penerapannya lebih besar dan tidak hanya di sekitar lingkungan pabrik tetapi berbeda kota maka operator (pabrik) tidak perlu berada di lokasi untuk melakukan fungsi pemantauan sehingga lebih efisien," Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys, Senin (19/8)
Kedua uji coba yang dilakukan oleh operator tersebut memang terbilang berhasil. Keduanya melakukan uji coba menggunakan high-band atau millimeter wave (high-band) pada spektrum 28 Ghz.
XL menggunakan sepanjang 100 Mhz dan berhasil mendapatkan kecepatan hingga 1,5 Gbps. Sementara untuk Smartfren mendapat kecepatan hingga 8,7 Gbps. Uji coba kedua operator berhasil. Tapi, perkara 5G tidak selesai sampai di situ. Implementasi 5G masih akan menjadi perjalanan panjang.
Regulasi, model bisnis, investasi, hingga yang paling krusial adalah kesiapan spektrum akan menjadi tantangan implementasi 5G. Namun, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu? Kapan akan hadir resmi di Indonesia?
Analisis berlanjut ke halaman berikutnya...
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan masalah frekuensi masih terus dilihat posisi terbaik dan ideal untuk alokasi 5G. Pasalnya, 3,5 Ghz dan 26 Ghz sudah ditempati oleh satelit.
Frekuensi 3,5 Ghz ditempati oleh satelit. Total lebar 3,5 Ghz ada sebanyak 300 Mhz. Sedangkan, satu slot di 26 Ghz ditempati oleh satu satelit yang akan beroperasi hingga 2024.
"Masih dikaji lagi kemungkinan akan dimana. Satu operator membutuhkan berapa lebar. Karena harus adil. Jangan hanya sedikit opsel yang dapat 3,5 Ghz," ujarnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Nies Purwati Director Goverment Affair for South East Asia and Pasific Qualcomm membenarkan belum ada alokasi khusus frekuensi untuk 5G di Indonesia.
"Akan ada kongres radio dunia. Seluruh perwakilan dunia yang mengatur telekomunikasi akan berkumpul untuk mengalokasikan 5G," ujarnya Kamis (22/8).
Dalam kongres tersebut nantinya akan diputuskan lokasi ideal untuk meletakkan 5G. Nies mengungkap ada beberapa kandidat untuk 5G seperti 3,5 Ghz, 26 Ghz, 28 Ghz, dan 4 Ghz. Konferensi tersebut yang nantinya akan membantu untuk mengarahkan.
Tak jauh berbeda, Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia pun menjelaskan satelit memang menjadi tantangan di Indonesia.
"Indonesia memiliki tantangan tersendiri, karena ada satelit," ungkapnya.
Namun, dia menambahkan pihaknya telah membuat kajian terkait satelit dan kebutuhan 5G.
Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Penataan Sumber Daya Direktorat Jenderal SDPPI Kominfo Denny Setiawan mengungkapkan trial teknis memang dibutuhkan untuk kesiapan 5G.
"Agar melihat bagaimana co-exist antara satelit dan 5G. Selain itu, teknis 'pagar' BTS jarak yang aman dan hal teknis lainnya," ujarnya.
Dia menegaskan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan 5G seperti operator seluler harus berjalan secara paralel untuk kesiapan ekosistem 5G ini.
Analisis masih berlanjut ke halaman ketiga... Selain kebutuhan frekuensi, model bisnis para operator seluler pun akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Rudiantara mengungkap ada dua opsi model bisnis yang bisa dicoba yakni b2b dan b2c.
"Negara maju ada yang menggunakan b2b. Korea menggunakan model b2b," ujarnya.
Rudiantara melihat aplikasi pun menjadi potensi untuk mendatangkan uang dalam implementasi 5G. Pasalnya, dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan latensi yang kecil, pemanfaatan akan menjadi lebih luas.
Tidak berhenti pada aplikasi sederhana dalam
smartphone."Kecepatan bisa 10 kali lebih dari 4G. Harga pasti lebih tinggi, sehingga ini bisa menjadi pasar untuk bisnis korporasi. Berbeda dengan konsumer," jelasnya.
Menurut Rudiantara, dengan 5G tersebut sasaran operator seluler bukan lagi konsumer tetapi korporasi. Operator dapat memberikan valuasi lebih pada korporasi dengan aplikasi yang tepat.
 Uji coba 5G pada industri manufaktur. (CNN Indonesia/Jonathan Patrick) |
Pasalnya, korporasi akan lebih berani membayar 'lebih' jika memang operator seluler dapat memberikan valuasi lebih pada perusahaan. Berkaitan dengan model bisnis, CEO XL Axiata Dian Siswarini mengungkap pihaknya mulai menyiapkan bisnis model dan investasi untuk 5G.
"Sekitar 3 tahun lagi (untuk komersialisasi 5G)." ujarnya.
Dian menjelaskan pihaknya telah memulai proses fiberisasi yang bertujuan untuk mengganti jaringan dengan kabel fiber optik. Fiberisasi akan mampu meningkatkan kapasitas transport jaringan hingga lebih dari 5x lipat dibandingkan microwave pada eNodeB.
Kegunaan 5GVP technology relations & special project Smartfren Munir Syahda Prabowo menegaskan 5G memiliki karakteristik dan pasar khusus. Menurutnya tidak mungkin jaringan yang menawarkan kecepatan 10 kali lipat lebih cepat dari 4G hanya digunakan untuk mengakses WhatsApp dan YouTube.
"Jangan sampai 5G berpikir ini akan menggantikan 4G. Tapi pelengkap akan bersamaan. Untuk pelanggan yang sifatnya perangkat pasti sifatnya masih akan menggunakan 4G," ungkap Munir, Senin (19/8).
Sejalan dengan Munir, Shannedy mengungkap pemanfaatan lebih jauh 5G bisa untuk kota pintar, internet of things, hingga kesehatan.
"5G bisa membantu dunia medis untuk menjangkau daerah yang sulit dicapai," jelasnya.
Teknologi generasi kelima ini menjanjikan kecepatan ponsel super cepat, dan siap untuk meningkatkan area seperti mobil self-driving dan realitas virtual. Keempat operator utama AS Verizon, AT&T, T-Mobile dan Sprint pun telah menghidupkan jaringan 5G meskipun di daerah terbatas.
Perusahaan riset IT Gartner memproyeksikan pendapatan yang dari infrastruktur jaringan 5G di seluruh dunia akan mencapai US$4,2 miliar atau setara dengan Rp59,6 triliun pada 2020.
"Hal ini menjadi awal peluang jaringan 5G, tetapi vendor, regulator dan badan standar harus memiliki persiapan," kata peneliti senior Gartner Sylvain Fabre dikutip dari CNET.
Gartner memperkirakan 7 persen penyedia telah menggunakan infrastruktur jaringan 5G sejauh ini, dan proyek-proyek yang secara keseluruhan investasi penyedia di jaringan 5G akan berlipat ganda dari 6 persen pada 2019 menjadi 12 persen pada 2020.
Perusahaan juga memperingatkan bahwa untuk mempertahankan cakupan 4G selama periode peluncuran yang diperpanjang dari 2019 hingga 2021. Gartner mengungkap penyedia layanan perlu meningkatkan infrastruktur 4G yang ada.
Keberhasilan Korea 'menjual' 5G bisa disimak di halaman berikutnya... Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Korea Selatan sudah terlebih dahulu mengimplementasikan jaringan 5G secara komersial dengan model bisnis b2c. Walaupun, cakupan 5G tersebut hanya berada di daerah perkotaan dan tempat yang ramai orang.
Perusahaan SK Telecom telah mengklaim sebagai operator pertama yang mencapai angka 1 juta pelanggan. Dilansir dari RCRWireless, pelanggan 5G SK Telecom telah mencapai 3,5 persen dari total basis pelanggan 28 juta.
Menurut analisis SK Telecom pada pelanggan 5G, rata-rata penggunaan data bulanan pelanggan yang beralih perangkat dari LTE ke 5G telah meningkat sekitar 65 persen dari 20,4GB (dengan teknologi LTE) menjadi 33,7GB (5G).
Dari sisi pemanfaatan spektrum, Korea Selatan yang telah mengkomersialkan layanan 5G menggunakan spektrum 3,5 Ghz dan 28 Ghz. RCRWireless menuliskan pemerintah Korea menyediakan 280 Mhz pada pita spektrum 3,5 Ghz dan 2.400 mhz pada pita 28 Ghz.
Spektrum ini dibagi menjadi 28 blok dan 24 blok. Ada tiga operator yang ikut sebagai peserta tender yakni SK Telecom, KT dan LG Uplus. Pemerintah Korea membatasi kepemilikan spektrum yakni batas 10 blok per pita spektrum.
Perusahaan telekomunikasi membayar total 3,6183 triliun won atau setara dengan Rp46,9 triliun untuk spektrum.
Lisensi pita 3,5 GHz mencakup periode sepuluh tahun dan pita 28 GHz diberikan lisensi untuk jangka waktu lima tahun.