Selain kebutuhan frekuensi, model bisnis para operator seluler pun akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Rudiantara mengungkap ada dua opsi model bisnis yang bisa dicoba yakni b2b dan b2c.
"Negara maju ada yang menggunakan b2b. Korea menggunakan model b2b," ujarnya.
Rudiantara melihat aplikasi pun menjadi potensi untuk mendatangkan uang dalam implementasi 5G. Pasalnya, dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan latensi yang kecil, pemanfaatan akan menjadi lebih luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak berhenti pada aplikasi sederhana dalam
smartphone."Kecepatan bisa 10 kali lebih dari 4G. Harga pasti lebih tinggi, sehingga ini bisa menjadi pasar untuk bisnis korporasi. Berbeda dengan konsumer," jelasnya.
Menurut Rudiantara, dengan 5G tersebut sasaran operator seluler bukan lagi konsumer tetapi korporasi. Operator dapat memberikan valuasi lebih pada korporasi dengan aplikasi yang tepat.
 Uji coba 5G pada industri manufaktur. (CNN Indonesia/Jonathan Patrick) |
Pasalnya, korporasi akan lebih berani membayar 'lebih' jika memang operator seluler dapat memberikan valuasi lebih pada perusahaan. Berkaitan dengan model bisnis, CEO XL Axiata Dian Siswarini mengungkap pihaknya mulai menyiapkan bisnis model dan investasi untuk 5G.
"Sekitar 3 tahun lagi (untuk komersialisasi 5G)." ujarnya.
Dian menjelaskan pihaknya telah memulai proses fiberisasi yang bertujuan untuk mengganti jaringan dengan kabel fiber optik. Fiberisasi akan mampu meningkatkan kapasitas transport jaringan hingga lebih dari 5x lipat dibandingkan microwave pada eNodeB.
Kegunaan 5GVP technology relations & special project Smartfren Munir Syahda Prabowo menegaskan 5G memiliki karakteristik dan pasar khusus. Menurutnya tidak mungkin jaringan yang menawarkan kecepatan 10 kali lipat lebih cepat dari 4G hanya digunakan untuk mengakses WhatsApp dan YouTube.
"Jangan sampai 5G berpikir ini akan menggantikan 4G. Tapi pelengkap akan bersamaan. Untuk pelanggan yang sifatnya perangkat pasti sifatnya masih akan menggunakan 4G," ungkap Munir, Senin (19/8).
Sejalan dengan Munir, Shannedy mengungkap pemanfaatan lebih jauh 5G bisa untuk kota pintar, internet of things, hingga kesehatan.
"5G bisa membantu dunia medis untuk menjangkau daerah yang sulit dicapai," jelasnya.
Teknologi generasi kelima ini menjanjikan kecepatan ponsel super cepat, dan siap untuk meningkatkan area seperti mobil self-driving dan realitas virtual. Keempat operator utama AS Verizon, AT&T, T-Mobile dan Sprint pun telah menghidupkan jaringan 5G meskipun di daerah terbatas.
Perusahaan riset IT Gartner memproyeksikan pendapatan yang dari infrastruktur jaringan 5G di seluruh dunia akan mencapai US$4,2 miliar atau setara dengan Rp59,6 triliun pada 2020.
"Hal ini menjadi awal peluang jaringan 5G, tetapi vendor, regulator dan badan standar harus memiliki persiapan," kata peneliti senior Gartner Sylvain Fabre dikutip dari CNET.
Gartner memperkirakan 7 persen penyedia telah menggunakan infrastruktur jaringan 5G sejauh ini, dan proyek-proyek yang secara keseluruhan investasi penyedia di jaringan 5G akan berlipat ganda dari 6 persen pada 2019 menjadi 12 persen pada 2020.
Perusahaan juga memperingatkan bahwa untuk mempertahankan cakupan 4G selama periode peluncuran yang diperpanjang dari 2019 hingga 2021. Gartner mengungkap penyedia layanan perlu meningkatkan infrastruktur 4G yang ada.
Keberhasilan Korea 'menjual' 5G bisa disimak di halaman berikutnya...