Jakarta, CNN Indonesia --
Grab mengatakan akses internet di
Papua dan
Papua Barat yang diblokir pemerintah sejak Rabu (21/8) memengaruhi operasional para mitra pengemudi. Akibatnya, penghasilan para mitra pengemudi tidak 100 persen.
Head of Developing Cities, East Indonesia, Grab Indonesia Allan Graham Pangaribuan mengatakan ada mitra pengemudi yang menjadikan profesi ojek online sebagai mata pencahariannya yang harus menghadapi penurunan penghasilan.
"Hal ini [blokir internet] tentu berpengaruh ke pendapatan terutama bagi mitra yang 100 persen penghasilannya dari Grab. Sebenarnya tidak ada banyak yang mereka bisa lakukan," ucap Allan saat ditemui di daerah Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis malam (29/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari sisi pemerintah juga membatasi akses internet, sedangkan operasional kita sangat bergantung dengan internet," tambahnya.
Akibatnya sejak dua pekan terakhir sejak terjadi kericuhan, Allan mengatakan Grab menghentikan sementara seluruh operasionalnya. Menurutnya langkah penutupan merupakan upaya preventif menjaga keamanan para mitra dan konsumen.
"Jadi saat pertama kali ricuh, mereka (mitra dan pegawai) sudah jaga-jaga. Makanya di Jayapura dan Merauke kita sudah stop sekitar hampir dua minggu," ucapnya.
Allan mengatakan keputusan untuk menghentikan sementara operasional ini hanya dilakukan sampai keamanan dan jaringan internet stabil.
"Ini (operasional Grab) hanya berhenti sementara saja sejak dua minggu terakhir. Tidak ditutup permanen, tapi yang diutamakan keamanan dan stabilitas,"
Selain di Papua, di kawasan Indonesia Timur Grab telah beroperasi di Kalimantan, Maluku termasuk Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Namun dibandingkan Papua, Allan menjelaskan populasi terbesar Grab berada di Kalimantan.
"Berdasarkan populasi, kemungkinan besar paling besar mitra itu ada Kalimantan, area cukup besar, dan orangnya-orangnya cukup maju," ungkapnya.
[Gambas:Video CNN] (jnp/evn)