Justru informasi awal terkait ambulans batu ini tidak dibagikan oleh akun TMC Polri, tapi malah akun-akun influensial yang membagikan informasi tersebut.
Setelah isu ambulans membawa batu merebak, netizen balik mempertanyakan kebenaran video tersebut. Ini adalah periode narasi ambulans bagian ketiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagian ketiga, saat informasi jadi viral, tuduh sana-sini, serang sana-sini, semakin gaduh. Bukan hanya di Twitter, isu ini kemudian masuk ke media online, TV, dan lain-lain," kata Ismail.
Pro-kntra mengenai isu ini mulai terjadi sejak Kamis (26/9) pukul 04:00 WIB. Dari pantauan Drone Emprit, isu ini menampilkan adanya 2 kelompok di medsos. Pertama adalah kelompok penyebar isu dan kelompok yang menentang oleh publik.
"Yang patut disyukuri, twit terpopuler adalah berupa kontra-narasi atas tuduhan soal ambulans DKI. Dan kalau dilihat peta SNA, magnitude kontra-narasi ini jauh lebih besar," ujar Ismail.
Hoaks mudah dibuat di media sosialIsmail enggan menyebut akun-akun top influencer yang melakukan mobilisasi dan orkestrasi lantaran cuitan ini ditujukan untuk edukasi. Lewat cuitan ini, ia ingin menekankan bagaimana hoaks bisa merebak dan mudah digerakkan lewat media sosial.
Ismail pun mengatakan secara resmi isu ini telah usai karena polisi telah melakukan klarifikasi dan mengakui kesalahan dalam tuduhan tersebut. Ismail bersyukur ada pola pertahanan diri (
self-defense) dari publik terkait tuduhan dan desas-desus ambulans pembawa batu & bensin.
Hal lain yang patut disyukuri adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tidak memblokir akses internet. Sehingga informasi-informasi pertahanan diri publik bisa menangkal desas-desus tersebut.
Selain itu, Ismail mengatakan ketiadaaan pemblokiran membuat para pekerja kemanusiaan bisa membagikan informasi penting tentang ambulans, korban, obat, dan tenaga medis. Karena bukan hoaks yang disebarkan, tapi merupakan informasi kemanusiaan
"Terima kasih kepada @kemkominfo yang tidak melakukan blokir selama aksi demo. Tak terbayangkan bagaimana kesulitan yang dialami oleh para pekerja kemanusiaan itu dalam menolong korban," katanya
(jnp/eks)