Hanya saja, popularitas Theranos tak berlangsung lama. John Carreyrou, melalui
The Wall Street Journal melakukan investigasi tentang Theranos pada 2015.
Startup ini dianggap menjual produk menggunakan paten palsu yang hanya sebatas deskripsi tanpa bisa dikonversi menjadi perangkat nyata, seperti yang selama ini diklaim Holmes.
Data yang dihimpun menemukan perangkat yang dikembangkan Theranos menghasilkan informasi medis yang keliru, jauh berbeda dari informasi medis rumah sakit atau laboratorium konvensional.
Setelah melalui tahap penyelidikan, diketahui hasil pengujian melenceng lantaran Theranos tidak melakukan pengujian darah menggunakan produk ciptaannya, tapi mengandalkan mesin-mesin tradisional yang telah ada di pasaran. Akibat perbuatan ini, Theranos dianggap telah melakukan penipuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut
Bloomberg, tim pengacara Holmes berencana menggugat John Carreyrou karena dianggap melakukan penyelidikan dan pengaruh yang tidak semestinya kepada regulator federal. Tim pengacara berupaya meyakinkan dengan mengatakan perangkat ciptaan Theranos 'masih dalam tahap penciptaan'.
The Wall Street Journal mencatat jaksa federal telah mengumpulkan lebih dari 2 juta halaman bukti penipuan yang dilakukan tim Theranos. Kendati telah dihadapkan pada banyak bukti, Holmes hingga tahun 2018 tetap berkeras dan menolak dakwaan juri.
Menyusul serangkaian tuduhan kriminal, Holmes kemudian hengkang dari perusahaan yang didirikannya pada 2018. Tak lama setelah itu, perusahaan diketahui berhenti beroperasi.
Sementara negara bagian Arizona menuntut Theranos membayar ganti rugi pada 1,5 juta produk yang dijual kepada masyarakat Arizona. Fortune mendaulat Holmes sebagai “Pemimpin
Startup Paling Mengecewakan di Dunia.”
(evn)