Dihubungi terpisah, pengamat Teknologi Informatika sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan operator memang tidak memiliki kewajiban untuk membangun wilayah 3T yang dianggap tidak layak (
feasible) secara ekonomi.
Ketidaklayakan ini berdasarkan total capital expenditure (capex) dan operational expenses (opex) yang dikeluarkan operator dibandingkan jumlah pengguna. layanan.
"Konsep dana USO merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan akses komunikasi yang tidak atau sulit disediakan operator telekomunikasi karena tidak komersial seperti daerah 3T," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan adanya Palapa Ring, pemerintah juga tetap memiliki PR untuk membangun BTS dan jaringan backhaul.
"Sering saya usulkan dan sampaikan bahwa Palapa Ring ini bukanlah akhir internet cepat, dari membutuhkan jaringan backhaul dan akses," katanya.
Heru menjelaskan jaringan serat optik menghubungkan atau mentransmisikan trafik dan tidak berfungsi langsung sebagai BTS. BTS yang akan memancarkan sinyal internet kepada masyarakat.
"Palapa Ring sebagai backbone perlu. Tapi jaringan penghubung ke BTS atau rumah, sekolah, kantor, rumah sakit juga perlu," ungkapnya.
Heru juga mengatakan penurunan biaya investasi operator untuk membangun infrastruktur jaringan juga harus diperhitungkan dengan biaya sewa penggunaan Palapa Ring.
"Dengan Palapa ring juga memang tidak perlu bangun tulang punggung lagi tapi juga tidak gratis karena dikenakan biaya sewa yang tidak murah juga," katanya.
Dilanjutkan halaman berikutnya: Perbandingan hitungan operasional kabel optik vs satelit
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |