LIPUTAN KHUSUS

Jalan Panjang Kemerdekaan Industri Ponsel di RI

CNN Indonesia
Senin, 17 Agu 2020 18:30 WIB
Kemerdekaan industri ponsel di RI agar mampu membuat seluruh komponen secara mandiri masih panjang.
Ilustrasi pabrik ponsel (Dok. Xiaomi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Perindustrian mencatat pertumbuhan jumlah produksi ponsel nasional dalam lima tahun terakhir. Pada 2013, Kemenperin mencatat jumlah produksi nasional mencapai 105 ribu unit, angka tersebut meningkat menjadi 60,5 juta unit pada akhir 2017. 

Saat itu, pada awal 2017, Kemenkominfo mengumumkan aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk ponsel 4G sudah berlaku pada awal 2017.

Kemenperin mengatakan 60,5 juta unit itu terbagi menjadi 34 merek, 11 merek diantaranya adalah merek lokal. Pada 2013 lalu, hanya ada dua merek lokal yang diproduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun 2016, produk impor ponsel menurun kembali sekitar 36 persen dari tahun sebelumnya, menjadi 18,5 juta unit dengan nilai USD775 juta. Untuk ponsel produksi dalam negeri, meningkat sebesar 36 persen dari tahun 2015, menjadi 68 juta unit.

Tahun 2017, impor ponsel turun menjadi 11,4 juta unit, sedangkan produksi ponsel di dalam negeri 60,5 juta unit untuk 34 merek.

Kepala Subdirektorat Industri Peralatan Informasi dan Komunikasi, Perkantoran, dan Elektronika Profesional Kemenperin, Najamudin mengatakan data terbaru menunjukkan pada 2019 ada 101,4 juta unit yang diproduksi di Indonesia.

Sedangkan pada 2020 hingga bulan Agustus produksi ponsel masih berada di tingkat normal meski ada pandemi Covid-19 yang memengaruhi roda perekonomian.

"Untuk 2020 sampai bulan Agustus masih normal sekitar  50- 60 juta unit tapi penjualan sepertinya terganggu karena Covid-19," kata Najamudin.

Najamudin mengatakan seluruh ponsel di Indonesia telah memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet.

Najamudin mengatakan saat ini Indonesia telah mampu memproduksi ponsel di dalam negeri. Menurutnya, kebijakan TKDN berperan agar mayoritas ponsel yang beredar di seluruh Indonesia, dibuat di dalam negeri.

"Selain ponsel juga ada industri pendukung yang tumbuh seperti charger, kemasan, earphone, dan lain-lain," kata Najamudin.

Cipset, Layar, RAM belum diproduksi di Indonesia, masih kalah dari China

Seperti yang telah dijelaskan di paragraf awal, di atas kertas memang kemampuan produksi di dalam negeri memang terlihat 'merdeka' dengan pertumbuhan produksi dalam negeri dan pengurangan impor ponsel.

Di sisi lain, Najamudin mengakui saat ini Indonesia belum mampu memproduksi komponen utama seperti layar, System on Chip (SoC), RAM, hingga ruang penyimpanan.

SoC merupakan otak ponsel yang terdiri dari gabungan (CPU), GPU, modul AI, modul resolusi AI, hingga fungsi kamera dalam satu cip. Najamudin mengatakan teknologi itu masih dikuasai oleh produsen ponsel.

"Untuk perangkat elektronika untuk membuat ponsel hampir semuanya impor karena teknologi masih dikuasai prinsipal," tutur Najamudin.

Dihubungi terpisah, pengamat gadget, Lucky Sebastian mengakui Indonesia sudah sanggup membuat ponsel dalam konteks ke desain dan perakitan. Akan tetapi, jika bicara semua komponennya buatan dalam negeri, maka masih membutuhkan waktu.

Lucky menuturkan salah satu tujuan mulia dari TKDN pada ponsel sebenarnya selain menciptakan lapangan kerja, industri yang baru, utamanya juga terjadi transfer teknologi dengan mendorong vendor semakin banyak menggunakan komponen buatan lokal.

"Tetapi kondisi ini sepertinya sekarang ini belum terlalu maju, karena komponen yang bisa dibuat Indonesia untuk ponsel masih berkutat bukan pada komponen utama seperti SoC, layar, RAM, storage," kata Lucky.

Menurut Lucky, Indonesia sudah mampu membuat beberapa komponen ponsel pelengkap, seperti baterai, badan ponsel, pengisi daya, kabel, konektor, speaker, mic, dan komponen-komponen kecil lainnya.

"Tentu saja Indonesia juga memiliki desainer-desainer chipset. Tapi pabrik silikonnya biasanya masih dibuat di luar negeri dan sepertinya belum menyentuh chipset untuk menjadi SoC ponsel," kata Lucky.

Lucky mengakui memang tidak mudah mewujudkan pabrik silikon atau semikonduktor, sebab investasinya sangat mahal, butuh waktu yang lama dan pengawasan terus menerus.

Di sisi lain,  persaingan di komponen ponsel pintar ini juga sangat berat. Terutama dengan negara China yang kelas industrinya sudah kelas berat, sangat besar dalam skala, dan harga yang kompetitif.

"Karena hal ini tidak banyak industri yang mau berinvestasi di bidang ini, lebih baik membeli dari luar negeri, terutama ke China," tutur Lucky.

Oleh karena itu, saat ini merek-merek ponsel dari Indonesia  sebenarnya lebih ke arah desain dan perakitan saja, sementara komponen masih mengandalkan impor terutama dari China.

"Yang bisa turut dikembangkan Indonesia untuk tingkat TKDN adalah software, di komponen ini kita cukup baik," tutur Lucky.

(jnp/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER