Sebagian besar sektor usaha merasakan dampak akibat pandemi. Tak terkecuali pengrajin atau istilah kekiniannya disebut crafter. Seorang crafter dituntut tak hanya punya ide unik, tapi juga mampu mengeksekusi idenya menjadi produk handmade yang bagus dan punya nilai jual.
Crafter pemilik Tropis Studio bernama Ressa bercerita naik-turunnya dalam menjalankan bisnis kerajinan tangan ini, terlebih dalam kondisi pandemi yang menghambat banyak usaha, termasuk offline store Tropis Studio.
Pandemi mendorong Ressa untuk menginovasi produk sesuai situasi dan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita nggak bisa produksi, nggak bisa pesan bahan yang biasa dipakai, ga bisa bebas bergerak pergi cari material, sementara produk yang kita impor juga susah masuk, ya. Material dari supplier berhenti. Harusnya ada bazaar, juga tertunda. Susahnya lagi, produk kita bukan sembako, di situasi ini mungkin orang ada prioritas lain. Dari situ, baca situasi, coba deh bikin masker," ujar Ressa, dikutip dari Grab Indonesia, Senin (25/8).
Ressa mengatakan, ide untuk memproduksi barang tak datang begitu saja. Ia juga membuka pesanan sesuai apa pun permintaan pelanggan sehingga produksinya lebih variatif.
"Kita inovasi bikin cup holder, ada customer pengin naik sepeda mau pakai nanti sore, harus kirim hari ini juga, bisa langsung kita Grab. Custom bisa, karena beda-beda yang customer mau. Produk baju dan masker. Buat OOTD. Sweater dan masker, ada."
Sebelum bisnisnya sukses seperti sekarang, perempuan berkerudung ini mengaku hanya pekerja kantoran biasa yang juga mengurus desain. Namun Ressa melihat peluang menjanjikan jika membuka usaha sendiri.
"Kebetulan dari kuliah seni rupa, tema hutan tropis, kayak tanaman langka, binatang langka, aku udah suka. Desainnya aku jadiin pola, dibikin pouch, dapet responsnya bagus. Lama-lama jadi bikin tas, baju, aksesori, sayang kalo ga diseriusin, akhirnya aku keluar kantor, bikin Tropis Studio."
Meski memiliki toko offline, Ressa juga melebarkan sayap di online untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Ia memanfaatkan layanan Grab untuk membantu pengiriman.
"Kujual di IG! Banyak tertarik, dan ga cuma beli satu. Lama-lama jadi diajak kolaborasi Masker untuk Indonesia. Kita sumbang desain buat charity bagi-bagi masker, jadi orang beli masker kita, bisa sumbang masker untuk orang yang membutuhkan."
Saat ini, Tropis Studio sudah memiliki dua karyawan tetap dan tenaga freelance. Dengan semangat #TerusUsaha, Ressa masih ingin terus menginovasi produk sesuai keinginan pasar agar bisnisnya tetap berkembang.
"Offline store kita udah buka, cuma Selasa-Kamis, karena fokus online. Rencananya mau keluarin survival kit. Sanitizer, tempat makan, tapi kita masih liat produksinya. Apa aja deh, yang orang butuh saat ini, yang penting bisa #TerusUsaha bareng," ujarnya.
(fef)