Para ahli terus mencari kemungkinan kembaran Matahari yang telah lama hilang.
Sebuah teori baru yang diterbitkan di The Astrophysical Journal Letters oleh para ilmuwan dari Universitas Harvard menunjukkan bahwa kemungkinan pernah memiliki pendamping (biner) dengan massa yang sama atau kembaran.
Para ilmuwan itu mengatakan keberadaan pendamping biner Matahari yang telah lama hilang dapat menjelaskan pembentukan awan Oort seperti yang diamati beberapa waktu terakhir. Awan Oort merupakan wilayah terjauh di tata surya. Bahkan objek terdekat di Awan Oort dianggap beberapa kali lebih jauh dari Matahari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan orbit planet-planet, yang sebagian besar terletak di piringan datar yang sama di sekitar Matahari, Awan Oort diyakini sebagai cangkang bola raksasa yang mengelilingi tata surya.
Awan Oort seperti gelembung besar berdinding tebal yang terbuat dari potongan-potongan es dari puing-puing angkasa seukuran pegunungan dan terkadang lebih besar. Awan Oort mungkin berisi miliaran atau bahkan triliunan objek.
Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rhorom Priyatikanto mengatakan studi mengenai Matahari memiliki kembaran merupakan hal yang masuk akal, terlebih dipubliksikan di jurnal ilmiah yang bereputasi tinggi. Sebagaimana banyak bintang yang lain, Matahari berpotensi memiliki kembaran.
"Logikanya memang tepat bahwa kita mengharapkan Matahari punya kembaran sebagaimana banyak bintang yang lain. Sekitar 50 persen bintang punya kembaran dekat," ujar Rhorom kepada CNNIndonesia.com, Jumat (28/8).
Rhorom menuturkan Matahari juga diperkirakan lahir dari gugusan bintang, bersama dengan jutaan lainnya. Bila memang matahari punya kembaran, kemungkinan massanya, ukurannya dan suhunya tidak jauh berbeda.
Sedangkan jarak antara Matahari dan kembarannya bisa saja sejauh Bumi-Pluto. Bahkan, bisa saja sedekat Matahari-Bumi. Sementara suhu di Bumi jika ada dua matahari bisa jadi lebih panas atau tidak jauh berbeda dengan sekarang.
"Kalaupun Tata Surya punya 2 bintang kembar yang berdekatan, suhu Bumi tidak menjadi 2 kali lipat sekarang, melainkan hanya sekitar 120 persen dari sekarang. Ini hanya perkiraan kasar," ujarnya.
Di sisi lain, Rhorom menuturkan kembaran atau pasangan bintang bisa bercerai karena salah satu bintangnya berevolusi atau ada bintang lain yang mengganggu. Gaya gravitasi, kata dia juga menjadi kunci dalam ikatan dua bintang.
Jika ada bintang lain yang mendekat dan terlalu dekat, kata dia akan terjadi gangguan gravitasi yang dapat berujung pada adopsi bintang ketiga, pertukaran pasangan atau putus hubungan gravitasi.
"Contoh, awalnya ada pandangan A-B. Lalu datang C. Setelahnya, bisa saja terbentuk sistem A-B-C, atau B-C dan A pergi menjauh, atau ketiganya saling menjauh," ujar Rhorom.
(jps/mik)