Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan pemerintah masih menghadapi masalah terkait penanganan Covid-19. Hal itu menyebabkan kasus positif di Indonesia mencapai 184.286 orang.
Menurut Pandu, kesehatan publik menjadi indikator penting terkait kecepatan respons suatu negara menghadapi pandemi Covid-19.
Dijelaskan Pandu, kesehatan publik dapat dicapai dengan langkah pengawasan atau surveilans dengan menggunakan testing, tracing dan isolasi. Namun menurutnya masalah surveilans masih menjadi momok di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk menghadapi respons menular yang paling cepat di Kementerian Kesehatan adalah surveilans, testing lacak isolasi. Surveilans ini yang jadi masalah padahal testing penting untuk identifikasi orang yang membawa virus," kata Pandu dalam acara Transmedia, Kamis (3/9).
Pandu mengatakan beberapa negara seperti Selandia baru, Australia, Thailand, hingga Singapura telah melakukan proses surveilans dengan masif dan baik. Dengan menggunakan surveilans yang baik, pemerintah bisa mencegah atau menekan penularan Covid-19.
Di satu sisi, Pandu mengatakan pentingnya 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) di masa Pembatasan Sektor Berskala Besar (PSBB) transisi.
"Kemudian karena penduduk sudah diizinkan keluar rumah, harus ada 3M. Pengganti dari penduduk yang tinggal di rumah," kata Pandu.
Pandu menyinggung 3M adalah reaksi dasar yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia selain lockdown. Bagi Pandu, lockdown paling lama akan berlangsung paling lama satu bulan apabila lockdown dilakukan dengan ketat.
Pandu mengkritik pemerintah yang setengah-setengah melakukan lockdown. Hal ini membuat penularan Covid-19 masih tinggi.
"Kalau kita mau diperpanjang 10 kali juga tidak ada efeknya, karena seperti lockdown-lockdown-an saja. Masyarakat masih jalan terus berpindah-pindah. PSBB transisi tapi dari awal tidak serius," kata Pandu.
Faktanya, angka kasus Covid-19 menurun saat awal PSBB berlangsung. Saat itu, 60 persen penduduk ada di rumah. Dalam kurun waktu 2 minggu, jumlah kasus Covid-19 menurun.
Pandu berasumsi pandemi saat ini bisa lebih terkendali apabila saat itu PSBB terus berlangsung secara ketat.
"Kalau benar-benar orang tinggal di rumah, PSBB serius itu sekarang lebih terkendali. Tapi kita tidak serius, kita tidak mengerti apa itu PSBB," kata Pandu.
Pandu menjelaskan seharusnya pemerintah juga terus mendorong kesehatan publik ini daripada hanya fokus ke ketersediaan obat dan vaksin yang belum tentu manjur.
"Gak usah urusin vaksin atau obat,obat vaksin lupakan. Kesehatan publik saja lewat surveilans," tutup Pandu.
(jnp/mik)